Salah seorang peserta Sekolah Lapang Pertanian Organik (SLPO), Desa Makamenggit, Kecamatan Nggaha Ori Angu, Kabupaten Sumba Timur, sedang membuat pupuk cair organic dari urine manusia yang ditampung oleh anggota keluarganya |
Kurang
sedap dan menjijikan. Demikian kesan dari aroma air seni atau urine bila
dihirup oleh seseorang. WC umum maupun pribadi yang jarang dibersihkan
selama berhari – hari biasanya menjadi sumber polusi udara. Aromanya akan
sangat menyengat hidung dan menyebabkan sesak napas yang bisa membuat manusia
bisa pingsan. Hal ini yang menjadi salah satu alasan mendasar bagai manusia modern
menjaga kebersihan lingkungan dan menghindar serta menjauhi lokasi pembuangan
cairan tersebut.
Pada
hakikatnya, cairan dari hasil sisa metabolisme yang disebut urine, tidak lagi
dibutuhkan dan bermanfaat bagi tubuh. Lewat organ intim, tubuh akan
mengeluarkan setiap sisa makanan dan minuman yang telah diolah. Bila terus
ditampung, maka akan kehilangan kesimbangan dan tubuhpun diserang penyakit.
Bisa
dibayangkan apa jadinya salah satu keluarga, menampung cairan urine atau air
kemih sebanyak puluhan bahkan ratusan liter selama berhari - hari? Siapakah
yang akan rela dan mau melakukannya? Jarang dan nyaris tidak ditemukan, baik
dalam keluarga maupun lingkungan masyarakat hal demikian. Orang tentunya tidak
mau dan rela menampung urinenya, kecuali kurang waras.
Sekolah
Lapang Pertanian Organik (SLPO), di Desa Makamenggit, Kecamatan Nggaha Ori
Angu, Kabupaten Sumba Timur, adalah sekelompok orang yang rela dan mau
menampung air seni atau urine seluruh anggota keluarganya setiap hari. Jenis
cairan dari hasil sisa metabolisme tubuh ini selalu ditampung dalam botol aqua setiap
kali mereka kecing. Selanjutnya akan ditampung dalam jerigen bahkan beberapa
drum.
Hasil
tertampungan urine manusia selama berhari – hari tersebut, kemudian diolah dan
diproses menjadi pupuk cair organic. Jenis pupuk cair organic yang satu itu
dapat menyuburkan tanaman dan ramah lingkungan. “Urine manusia memiliki
kandungan untuk menyuburkan tanaman organic dan ramah terhadap lingkungan, ”
demikian pendamping SLPO Makamenggit, dari Ikatan Petani Pengendali Hama
Terpadu Indonesia (IPPHTI), Rachmat Adinata, di lokasi tersebut, Rabu
(11/6/2013).
Sewaktu
membuang air seni atau urine, terdapat sejumlah kandungan kimia yang diproses
secara alamiah oleh tubuh manusia. Sejumlah unsur yang terdapat dalam air kemih
atau urine manusia seperti Netrogen (N) , Phosfor (P), Kalium (K), Zat Besi
(Fe), Magnesium dan Protein dapat menyuburkan dan merangsang pertumbuhan
tanaman. “Unsur – unsur yang dibutuhkan oleh tanbanaman ini sebenarnya sudah
ada dilingkungan bahkan tubuh kita. Tergangtung bagaimana kita mau mengolah dan
memanfaatnya untuk memenuhi kebutuhan hidup kita,” jelas Rachmat Adinata.
Proses
pembuatan pupuk cair organic yang ramah lingkungan, bahan bakunya adalah urine
manusia. Selain itu terdapat juga sejumlah mudah diperoleh dari alam sekitar
tanpa harus mengeluarkan biaya untuk dibeli. Jenis – jenis bahan tersebut
antara lain, “ Urine hewan atau ternak dan hijauan yang mengandung unsure N
seperti daun gamal, lamtorogung dan batang pisang dalam jumlah tertentu sesuai
kebutuhan. Bahan – bahan ini kemudian akan dicampurkan dan difermentasi dalam
kurun waktu tertentu sebelum digunakan,” ujar, pendamping SLPO Makamenggit dari
IPPHTI, Rachmat.
Pengalaman
selama ini, katanya, akibat terlambatnya penyaluran pupuk bersubsidi
pemerintah, menyebabkan petani mengalami gagal tanam dan gagal panen. Akibatnya
keluarga para petani sering dilanda bencana kelaparan. Alasan inilah yang
membuat IPPHTI, melakukan pendampingan dan pembinaan guna meningkatan Sumber
Daya Manusia (SDM) petani di seantero negeri ini. Tujuannya menciptakan petani
mandiri dalam upaya peningkatkan hasil produksi panen, kesejahteraan ekonomi
keluarga tanpa harus tergantung lagi.
Akibat
dari SDM yang masih rendah dan belum memadai, rata – rata petani tidak memiliki
kemampuan untuk bertani dengan baik dan benar selama ini. Para petani selalu
beranggapan, hasil panen ditentukan oleh luasnya lahan yang diolah. Padahal
kenyataanya adalah kemampuan untuk memberikan perlakuan maksimal bagi tanaman
sangat menentukan banyak sedikitnya hasil panen seorang petani. Dikatanya,
“Pengelaman selama ini yang terjadi adalah rata – rata para petani di setiap
daerah itu hampir sama, yakni SDM yang belum memadai.”
Selain
proses pembuatan pupuk organic cair, para petani juga belajar agro ekosistem.
Agro ekosistem merupakan salah satu cara bagi petani untuk belajar meningkat
SDM. Penelitian terhadap proses perkembangan dan tumbuhan tanaman. Selain itu
melakukan pengamatan hama dan penyakit yang biasanya terjadi pada tanaman.
Selanjutnya membuat rencana tindak lajut (RTH) terhadap hasil yang ditemukan di
lapangan.
Dikatakanya,
“Misalkan agro ekosistem yang selama ini dilakukan oleh kelompok tani ini
terhadap tanaman padi sejak usia tujuh hari dari masa tanam hingga masa panen.
Terdapat empat lahan percontohan dengan jenis bibit yang berbeda, dan pola atau
metode peralakuan yang sama. Jadi selama proses ini berlangsung, petani dilatih
biasanya lebih banyak belajar di lapangan. Kemudian berdiskusi untuk mencari
solusi terhadap setiap masalah yang ditemukan di lapangan.”(*)
No comments:
Post a Comment