Friday 18 July 2014

Urine Manusia Penyubur Tanaman Ramah Lingkungan

1370970101104341296
Salah seorang peserta Sekolah Lapang Pertanian Organik (SLPO), Desa Makamenggit, Kecamatan Nggaha Ori Angu, Kabupaten Sumba Timur, sedang membuat pupuk cair organic dari urine manusia yang ditampung oleh anggota keluarganya
Kurang sedap dan menjijikan. Demikian kesan dari aroma air seni atau urine bila dihirup oleh seseorang.  WC umum maupun pribadi yang jarang dibersihkan selama berhari – hari biasanya menjadi sumber polusi udara. Aromanya akan sangat menyengat hidung dan menyebabkan sesak napas yang bisa membuat manusia bisa pingsan. Hal ini yang menjadi salah satu alasan mendasar bagai manusia modern menjaga kebersihan lingkungan dan menghindar serta menjauhi lokasi pembuangan cairan tersebut.
Pada hakikatnya, cairan dari hasil sisa metabolisme yang disebut urine, tidak lagi dibutuhkan dan bermanfaat bagi tubuh. Lewat organ intim, tubuh akan mengeluarkan setiap sisa makanan dan minuman yang telah diolah. Bila terus ditampung, maka akan kehilangan kesimbangan dan tubuhpun diserang penyakit.
Bisa dibayangkan apa jadinya salah satu keluarga, menampung cairan urine atau air kemih sebanyak puluhan bahkan ratusan liter selama berhari - hari? Siapakah yang akan rela dan mau melakukannya? Jarang dan nyaris tidak ditemukan, baik dalam keluarga maupun lingkungan masyarakat hal demikian. Orang tentunya tidak mau dan rela menampung urinenya, kecuali kurang waras.
Sekolah Lapang Pertanian Organik (SLPO), di Desa Makamenggit, Kecamatan Nggaha Ori Angu, Kabupaten Sumba Timur, adalah sekelompok orang yang rela dan mau menampung air seni atau urine seluruh anggota keluarganya setiap hari. Jenis cairan dari hasil sisa metabolisme tubuh ini selalu ditampung dalam botol aqua setiap kali mereka kecing. Selanjutnya akan ditampung dalam jerigen bahkan beberapa drum.
Hasil tertampungan urine manusia selama berhari – hari tersebut, kemudian diolah dan diproses menjadi pupuk cair organic. Jenis pupuk cair organic yang satu itu dapat menyuburkan tanaman dan ramah lingkungan. “Urine manusia memiliki kandungan untuk menyuburkan tanaman organic dan ramah terhadap lingkungan, ” demikian pendamping SLPO Makamenggit, dari Ikatan Petani Pengendali Hama Terpadu Indonesia (IPPHTI), Rachmat Adinata, di lokasi tersebut, Rabu (11/6/2013).
Sewaktu membuang air seni atau urine, terdapat sejumlah kandungan kimia yang diproses secara alamiah oleh tubuh manusia. Sejumlah unsur yang terdapat dalam air kemih atau urine manusia seperti Netrogen (N) , Phosfor (P), Kalium (K), Zat Besi (Fe), Magnesium dan Protein dapat menyuburkan dan merangsang pertumbuhan tanaman. “Unsur – unsur yang dibutuhkan oleh tanbanaman ini sebenarnya sudah ada dilingkungan bahkan tubuh kita. Tergangtung bagaimana kita mau mengolah dan memanfaatnya untuk memenuhi kebutuhan hidup kita,” jelas Rachmat Adinata.
Proses pembuatan pupuk cair organic yang ramah lingkungan, bahan bakunya adalah urine manusia. Selain itu terdapat juga sejumlah mudah diperoleh dari alam sekitar tanpa harus mengeluarkan biaya untuk dibeli. Jenis – jenis bahan tersebut antara lain, “ Urine hewan atau ternak dan hijauan yang mengandung unsure N seperti daun gamal, lamtorogung dan batang pisang dalam jumlah tertentu sesuai kebutuhan. Bahan – bahan ini kemudian akan dicampurkan dan difermentasi dalam kurun waktu tertentu sebelum digunakan,” ujar, pendamping SLPO Makamenggit dari  IPPHTI, Rachmat.
Pengalaman selama ini, katanya, akibat terlambatnya penyaluran pupuk bersubsidi pemerintah, menyebabkan petani mengalami gagal tanam dan gagal panen. Akibatnya keluarga para petani sering dilanda bencana kelaparan. Alasan inilah yang membuat IPPHTI, melakukan pendampingan dan pembinaan guna meningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) petani di seantero negeri ini. Tujuannya menciptakan petani mandiri dalam upaya peningkatkan hasil produksi panen, kesejahteraan ekonomi keluarga tanpa harus tergantung lagi.
Akibat dari SDM yang masih rendah dan belum memadai, rata – rata petani tidak memiliki kemampuan untuk bertani dengan baik dan benar selama ini. Para petani selalu beranggapan, hasil panen ditentukan oleh luasnya lahan yang diolah. Padahal kenyataanya adalah kemampuan untuk memberikan perlakuan maksimal bagi tanaman sangat menentukan banyak sedikitnya hasil panen seorang petani. Dikatanya, “Pengelaman selama ini yang terjadi adalah rata – rata para petani di setiap daerah itu hampir sama, yakni SDM yang belum memadai.”
Selain proses pembuatan pupuk organic cair, para petani juga belajar agro ekosistem. Agro ekosistem merupakan salah satu cara bagi petani untuk belajar meningkat SDM. Penelitian terhadap proses perkembangan dan tumbuhan tanaman. Selain itu melakukan pengamatan hama dan penyakit yang biasanya terjadi pada tanaman. Selanjutnya membuat rencana tindak lajut (RTH) terhadap hasil yang ditemukan di lapangan.
Dikatakanya, “Misalkan agro ekosistem yang selama ini dilakukan oleh kelompok tani ini terhadap tanaman padi sejak usia tujuh hari dari masa tanam hingga masa panen. Terdapat empat lahan percontohan dengan jenis bibit yang berbeda, dan pola atau metode peralakuan yang sama. Jadi selama proses ini berlangsung, petani dilatih biasanya lebih banyak belajar di lapangan. Kemudian berdiskusi untuk mencari solusi terhadap setiap masalah yang ditemukan di lapangan.”(*)

No comments: