Thursday 17 July 2014

Sumba Timur Gudang Ternak NTT II

Tiga Tahun Jadi Sarang Penyakit
 
Sebagai salah satu propinsi kepulauan, Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki gudang ternak yang tersebar di beberapa kabupaten. Populasi ternak dan areal padang penggembalaan cukup potensial.

Hal inilah yang menjadi alasan mengapa Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya, ingin menjadikan daerah ini sebagai propinsi ternak. Pertanyaannya, sudah sejauh mana intervensi pemerintah di daerah ini dalam upaya pengembangan ternak yang ada?

POS KUPANG/JOHN TAENA
KUDA--Ternak kuda milik warga Desa Maubokul, Kecamatan Pandawai, Kabupaten Sumba Timur. Hewan ini rentan terkena penyakit sura. Gambar diambil hari Rabu (4/7/2012)
Sumba Timur merupakan salah satu kabupaten yang ditetapkan sebagai gudang ternak di NTT. Alasannya, padang penggembalaan di daerah itu  sekitar 465 ribu hektar,  tersebar di 22 kecamatan dan 156 desa/kelurahan. Selain itu, total ternak besar di Sumba Timur sekitar 121 ekor. Jumlah itu terdiri dari sapi sumba ongol (SO) sebanyak 530.51 ekor, kuda 37.052 ekor dan kerbau 310.48 ekor.

Namun, sejak tahun 2010 hingga sekarang, salah satu gudang ternaknya NTT ini menjadi sarang penyakit sura. Penyakit yang mematikan itu terus menyebar luas.

Catatan Dinas Peternakan Sumba Timur  hingga saat ini meenyebutkan, penyakit sura sudah menyebar ke delapan kecamatan. Akumulasi kematian ternak  selama dua tahun terakhir dan terus berlanjut saat ini sudah mencapai 481 ekor ternak besar seperti kuda 428 ekor  dan kerbau 53 ekor. Akankah sapi sumba ongol (SO) juga terserang penyakit sura?

Dokter Hewan (drh)  Martono Adi Priyatno, salah satu petugas kesehatan hewan di Kabupaten Sumba Timur, saat dihubungi Pos Kupang melalui telepon selulernya, Sabtu (7/7/2012), mengatakan, penyakit sura disebabkan oleh salah satu parasit yang disebut Tryponosoma evansi. Parasit ini hidup dalam darah ternak.

Di dalam darah hewan, parasit tersebut memakan glukosa darah sebagai sumber energinya. Biasanya parasit tersebut akan melepaskan racunya (toksin). Racun yang dilepas menyebabkan kerusakan alat tubuh hewan atau ternak serta gangguan saraf. Hal ini mengakibatkan ternak mati apabila tidak segera mendapat pertolongan.

"Ternak juga menjadi sangat lesu dan lemah,  hampir serupa dengan malaria tapi tidak bisa menular ke manusia," kata Martono.

Bukan hanya kuda dan kerbau yang menjadi sasaran empuk penyakit sura. Ternak lainnya seperti sapi, kambing, domba, anjing dan babi sangat berpotensi diserang penyakit sura, kecuali unggas dan hewan berdarah dingin.

Dua tahun terakhir penyakit tersebut ditemukan baru pada dua jenis hewan, yakni kuda dan kerbau. Sementara sapi sumba ongole belum ada kasus. "Sapi juga bisa diserang penyakit sura, namun sejauh ini belum ada kasusnya.  Lebih banyak kami temukan pada kuda dan kerbau," ujarnya.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan pada Dinas Peternakan Sumba Timur, drh. Manuel A Kitu, kepada wartawan di ruang kerjanya, Senin (2/7/2012), mengatakan, kasus penyakit sura pertama kali ditemukan pada pertengahan tahun 2010. Saat itu terdapat tiga kecamatan yang terindikasi, yakni Kecamatan Lewa, Lewa Tidar dan Kecamatan Nggaha Ori Angu.

Total populasi ternak kuda pada tiga kecamatan itu mencapai 3.501 ekor dan kerbau  4.057 ekor. Kasus  penyakit sura yang terindikasi pada kuda saat itu adalah sebanyak 65 ekor dan yang mati sebanyak 44 ekor. Sementara kerbau di tiga wilayah itu yang terindikasi sakit adalah sebanyak tiga ekor.

Dikatakannya, pemberian obat anti sura terhadap kuda di tiga kecamatan itu sebanyak 577 ekor, kerbau 280 ekor. Penyakit sura terus meningkat pada tahun 2011 dari tiga kecamatan tambah lima kecamatan, yakni Kecamatan Lewa, Lewa Tidar dan Kecamatan Nggaha Ori Angu, Katala Hamu Lingu dan Kecamatan Tabundung.

Selain itu, kasus penyakit sura yang terdeteksi di lima wilayah tersebut ternak kuda   381 ekor, sedangkan yang mati 278 ekor kuda. Selain itu, kerbau yang terdeteksi diserang sura 48 ekor dan yang mati 30 ekor kerbau.  "Pemberian obat pencegahan anti sura bagi ternak kuda di lima wilayah tersebut 7.921 ekor dalam bentuk kelompok. Kerbau sebanyak 1.093 ekor," ujarnya.

Meskipun pemberian obat untuk pencegahan dan anti sura terus dilakukan, namun penyebaran penyakit terus meluas pada tahun 2012. Saat ini sudah tercatat sekitar delapan kecamatan, yakni Kecamatan Lewa, Lewa Tidar dan Kecamatan Nggaha Ori Angu. Kecamatan Katala Hamu Lingu, Tabundung, Pahunga Lodu, Wula Wejelu dan Kecamatan Ngadu Ngala.


Total ternak kuda yang terdeteksi sakit sebanyak 132 ekor, selain yang mati 170 ekor. Upaya pemberian obat pencegahan dan anti penyakit sura bagi ternak kuda pada ke delapan wilayah tersebut adalah sebanyak 2.050 ekor dalam bentuk kelompok.

Sementara ternak kerbau yang terdeteksi sakit sebanyak 23 ekor dan yang mati 29 ekor. Sebanyak 1.257 ekor kerbau dalam bentuk kelompok itu yang diberikan obat pencegahan dan anti penyakit sura.

Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Sumba Timur, Ir. Yunus D. Wulang, kepada Pos Kupang, di Desa Maubokul, Kecamatan Pandawai, Selasa (3/7/2012) mengatakan, sejauh ini ada 14 tenaga dokter hewan di Sumba Timur. Juga ada 22 orang tenaga kesehatan atau resort hewan yang ditempatkan di 22 kecamatan.

Sejauh ini kendala utama yang dihadapi oleh pemerintah kabupaten (Pemkab) Sumba Timur  melalui instansi terkait adalah penyakit yang menyerang ternak besar. Selain itu, persediaan obat untuk mengatasi dan mengantisipasi penyakit sura yang terus menyebar luas, masih minim.

"Ada dua jenis obat sura bantuan dari propinsi, yakni tripomedium sebanyak 1000 saset dan tripolin 500 saset. Dibandingan populasi ternak yang ada, memang belum menjawabi kebutuhan," kata Yunus. (john taena/bersambung)

No comments: