Thursday 17 July 2014

Kembalikan Mbay Lumbung Padi (2)




Ikan dan Belut Mati, Alam Mulai Rusak

Bahan
- bahan yang biasanya digunakan sebagai pupuk seluruhnya dari alam atau organik. Bahkan pola pemupukan hampir tidak dikenal sama sekali.

Yang dikenal petani saat itu adalah bajak, tanam, rawat, membersihkan lahan dan mengumpulkan hasil panen.  "Waktu belum ada obat-obat kimia, semua hanya pakai alam. Lingkungan tidak rusak, padi subur dan hasil panen melimpah ruah," kata Alo Bisara.

Setiap sore para petani biasanya kembali ke rumah dengan membawa ikan mujair hasil tangkapan di parit sekunder dan sawah. Ikan-ikan tersebut dibawa pulang untuk makan malam di rumah.

Cara menangkap ikan tersebut menggunakan keranjang anyaman dari daun lontar yang disebut sokal. Keranjang tersebut biasanya diisi dedak padi dan disimpan di dekat pintu air atau parit. Ikan terperangkap kalau masuk ke dalam sokal tersebut. Setiap petani bisa membawa ikan ke rumah sebanyak 30-40 ekor setiap hari. Hal itu di luar hasil tangkapan yang dimakan pada siang hari.

"Waktu itu, areal persawahan dibanjiri oleh ikan mujairsebesar telapak tangan orang dewasa," kata Philipus Alo
Bisara.

Sementara yang masih kecil tidak ditangkap, melainkan dibiarkan hidup. Hal ini karena sokal tidak mampu menjerat ikan yang masih kecil.

"Ikan besar itu yang ditangkap, sementara yang kecil dibiarkan hidup dan menjadi besar. Jadi para petani sama sekali tidak kesulitan ikan," kata Bisara.

Dia mengisahkan, kondisi alam dan lingkungan mulai rusak sekitar tahun 1980-an, saat orang  mulai menggunakan bahan kimia untuk memupuk dan menyuburkan tanaman padi.

Akibat dari masuknya bahan kimia tersebut di areal persawahan, ikan dan belut mulai mati. Tanah mulai tandus.

"Ketika saya pensiun pada tahun 1986 dan kembali ke Mbay, ikan-ikan dan belut sudah tidak ada lagi," ujar Bisara.

Saat itulah tingkat produksi padi perlahan merosot dari delapan ton menjadi menjadi empat dan bahkan tiga ton per hektar.

Sementara biaya operasional untuk mengolah satu hektar lahan sawah meningkat. Hingga saat ini, mulai dari musim bajak hingga musim panen, biaya operasional yang dikeluarkan rata-rata Rp 4 juta.

"Bahkan bisa mencapai empat juta, kalau dalam pengolahan itu betul-betul mengikuti prosedur pemupukan. Banyak jenis pupuk yang harus digunakan berdasarkan umur padi tertentu," katanya.

Dia mengatakan, kadang-kadang para petani tidak menggunakan pupuk yang seimbang sehingga produksi padi pun jauh lebih merosot.

Dibandingkan dengan masa-masa yang lalu, tanpa pupuk hasil panen melimpah ruah. Sekarang, tidak lagi. Tanaman harus diberi pupuk untuk mendapatkan hasil panen maksimal.

"Kalau hanya diberi pupuk urea, yang subur itu daun padi, tapi tidak ada buahnya," katanya.

Adi Lay menguraikan, pengolahan sawah dengan metode modern memerlukan pemupukan dan perlakuan yang spesifik terhadap tanaman padi. Hal ini bertujuan untuk memperoleh hasil panen yang maksimal. Satu hektar sawah dalam satu musim tanam memerlukan biaya operasional sebanyak Rp 4 juta.

"Selama kurang lebih 20 tahun menjadi petani, saya menerapkan pola tersebut. Untuk saat ini biaya yang dibutuhkan
senilai Rp 4 juta," tandas Adi Lay.

Kurang lebih terdapat empat tahap dalam memberi pupuk selama masa tanam hingga masa panen. Selain pupuk, perlakuan dan bibit unggul sangat menentukan hasil panen. Kalau tahap- tahap itu dilalui dengan benar, maka hasil panen bisa mencapai tujuh hingga delapan ton per hektar.

Jenis-jenis pupuk yang sering digunakan adalah pupuk dasar atau TSP. Pemupukan dilakukan sebelum masa tanam. Langkah selanjutnya, penyiangan gulma atau rumput lalu padi diberi pupuk urea.

Selanjutnya, pemberian pupuk KCL dan urea. "Kemudian perawatan dan penyemprotan hama atau pestisida dan penyiangan," kata Ady Lay.

Apabila para petani tidak mengikuti cara pemupukan tanaman padi yang benar sesuai petunjuk, maka mereka akan sia-sia dalam mengolah sawahnya. Hal ini disebabkan oleh hasil panen dan produksi padi tidak sesuai yang diharapkan petani.  Saat memasuki umur tertentu, padi harus diberi jenis pupuk tertentu pula. Pupuk yang sesuai akan merangsang pertumbuhan dan pembuahan tanaman padi. (john taena/bersambung)

diterbitkan pos kupang
Selasa, 12 Januari 2010

No comments: