Thursday 17 July 2014

Reformasi Budaya Sumba (2)



Kemiskinan di Gudang Ternak

PULAU Sumba merupakan salah satu wilayah terselatan Indonesia yang memiliki keunikan budaya dan tradisi. Tradisi merapu merupakan salah satu keunikan. Jenazah dibungkus dengan kain adat dan disemayamkan di rumah duka selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Yang unik di sini yakni jenazah tidak membusuk, tidak menebar bau meski disemayamkan demikian lama.

Tinggal serumah dengan mayat selama bertahun-tahun bukan lagi kisah fiktif melainkan kenyataan di tanah Sumba. Selama belum dikuburkan, para kerabat kenalan yang dayang melayat membawa hewan seperti babi, sapi dan kerbau.

Hewan-hewan itulah yang akan disembelih selama sekitar seminggu, bahkan lebih, menjelang penguburan dan sesudah penguburan. Jumlah hewan yang disembelih menunjukkan kelas sosial si orang mati dan keluarganya.

Upacara penguburan (sebelum dan sesudah) bisa berlangsung berminggu-minggu. Sepanjang hari, siang dan malam, selalu ada beberapa ekor hewan disembelih untuk disantap bersama segenap pelayat.

Selama itu pula permainan judi "memperoleh momentumnya". Rumah duka seakan jadi arena judi untuk mengusir kantuk. Maka aktivitas harian seperti mengolah kebun, mengurus ternak dan aktivitas produktif lainnya menjadi berkurang, bahkan tidak dilakukan sama sekali selama acara itu berlangsung.

"Bayangkan kalau dalam setahun ada enam orang yang meninggal dalam kampung dan masing-masing dijaga selama 20 atau 30 hari baru dimakamkan, maka selama itu pula ada aktivitas perjudian dan orang tidak kerja apa-apa. Sementara banyak ternak yang ikut dikurbankan," kata Kepala Desa (Kades) Kuta di Kecamatan Kanatang, Kabupaten Sumba Timur, Hans Hamba Pulu di kantornya, Sabtu (12/3/2011).

Tradisi mengurbankan ternak dalam jumlah besar di Sumba Timur bukan hanya dilakukan pada upacara   kematian, namun juga pada pesta adat lainnya, termasuk perkawinan. Biaya yang dihabiskan untuk urusan-urusan adat tersebut sedemikian besar.

Tradisi inilah menjadi salah satu penyumbang terbesar kemiskinan di tanah Sumba, salah satu daerah yang menjadi gudang ternak di Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Kemiskinan membuat orang mudah berbuat kejahatan, yakni kejahatan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pencurian dan perampokan disertai tindak kekerasan, bahkan pembunuhan, sering terjadi di Sumba. Ternak peliharaan warga menjadi tidak aman, meski dikandangkan di pekarangan rumah sekalipun! Selalu dirampok dan dicuri orang.

"Pada tahun 2010 pernah ada yang mencuri ayam dan ditangkap kemudian diarak keliling kampung. Sekarang pencurian di sini sudah mulai berkurang dan memang pencuri itu harus dibuat malu sehingga bisa jera dan bertobat," katanya.

Tanpa mengurangi nilai budaya yang ada, tradisi penyembelihan hewan dalam jumlah besar dalam setiap acara adat harus dikurangi.  Hal ini yang telah dilakukan Pemerintah Desa Kuta. "Hal yang paling mendasar dari penetapan peraturan desa ini adalah mengurangi pesta pora, perjudian, pencurian dan menciptakan kenyamanan lingkungan. Kita juga ingin menjaga lingkungan alam melalui perdes ini," katanya.

Alasan lain dari penetapan perdes tersebut adalah wilayah Desa Kuta juga merupakan salah satu lokasi obyek wisata. Hal ini yang harus didukung oleh  warga setempat dengan menjaga lingkungan agar tidak rusak, nyaman dan aman dari aksi kejahatan.

Hal senada dikatakan tokoh masyarakat Kuta, Ngabi Ani (65). Dia mengatakan, penetapan peraturan desa yang dikukuhkan dengan sumpah adat memiliki tujuan mulia. Perdes tidak hanya dikukuhkan melalui penetapan formal pemerintah tetapi juga melalui sumpah adat.

"Kalau ada yang melanggar, maka hukumannya tidak hanya sanksi yang diatur dalam perdes tetapi oleh alam, oleh leluhur karena sudah sumpah adat," ," tegas Ngabi Ani.

Pengalaman selama ini, tambahnya, warga yang melanggar sumpah adat pasti terkena musibah berupa menjadi korban bencana, disambar petir atau musibah lainnya yang merenggut nyawa. "Ada juga yang sakit lalu mati," kata Ani. (
john taen/bersambung)

diterbitkan pos kupang
Minggu, 20 Maret 2011

No comments: