Thursday 17 July 2014

Diving di Taman Laut Maumere


PENGEMBANGAN potensi pariwisata laut di Indonesia belum dipikirkan pada era 1980-an. Maklum, saat itu pembangunan sektor kelautan di bawah tanggung jawab Depertemen Kehutanan. Belum ada Departemen Kelautan dan Perikanan.

Namun, ketika itu seorang Frans Seda sudah memikirkan "masa depan" potensi bawah laut untuk pariwisata. Langkah pertama yang diambil waktu itu adalah membangun Sao Wisata Flores dan Taman Laut Gugus Pulau di Teluk Maumere, Kabupaten Sika. Obyek wisata  taman laut yang dibangun Seda itu diresmikan pada bulan Juli 1987.

Mulailah dibangun sarana dan prasarana pendukung, termasuk akses ke lokasi wisata laut itu.  Jalan raya, akses telekomunikasi dan listrik mulai dibangun.

"Kurang lebih delapan kilometer saluran telekomunikasi dan listrik mulai dibangun,"  kata Manager Sao Wisata Flores dan Taman Laut Gugus Pulau Teluk Maumere, Heribertus Ajo (43), di Maumere, Senin (31/1/2011).

Konsep awal yang ditanamkan Seda, kata Ajo, adalah membangun pariwisata membutuhkan konsep yang integrated. Pariwisata adalah pintu masuk (entry point) untuk mengangkat sektor lainnya. Turis hanya dampak dari pembangunan pariwisata.

"Itulah yang selalu dikatakan oleh Bapak Frans Seda pada masa awal pembangunan Sao Wisata dan taman laut," kisah Ajo.

Taman wisata laut pertama di Flobamora, bahkan di Indonesia ini terbukti bertahan sampai saat ini. Kehadiran obyek wisata itu memacu pembangunan bidang transportasi dan komunikasi. Penerbangan dari dan ke Maumere perlahan mulai meningkat. Tingkat kunjungan wisatawan pun dari tahun ke tahun mulai naik (sejak 1987-1992 tingkat kunjungan wisatawan ke Sikka rata-rata 4.000-10.000 wisatawan per tahun).

Event lomba pemotretan bawah laut di  Taman Laut Gugus Pulau Teluk Maumere yang diselenggarakan setiap tahun, turut mendongkrak angka kunjungan wisatawan.

"Hadiahnya berkisar 10.000 hingga 30.000 ribu dolar sehingga pesertanya setiap tahun itu berkisar antara 20-30 negara," katanya.

Bahkan  Sao Wisata Flores dan Taman Laut Gugus Pulau Teluk Maumere, saat itu, sudah menjadi "pintu masuk" bagi wisatawan ke Danau Kelimutu di Ende dan Komodo di Labuan Bajo.

Taman Laut Gugus Pulau Teluk Maumere dihiasi tujuh pulau kecil yang unik dan indah memanjakan mata. Pulau Besar, Pulau Sukun, Pulau Kambing, Pulau Pangabatang, Pulau Babi, Pulau Pemana dan Pulau Kondo yang memiliki pantai berpasir putih dan diselimuti hutan bakau yang asri.

Gugusan pulau-pulau kecil itu, sudah jauh-jauh hari dilihat oleh Frans Seda sebagai aset wisata tak ternilai harganya. Maka dibangunlah Sao Wisata Diving Resort di Pantai Waiara dengan gugusan tujuh pulau kecil di depannya sebagai taman laut; satu-satunya resort di NTT, bahkan di Indonesia saat itu yang memiliki taman laut untuk diving (penyelaman).

Sejak 1987-1992, Sao Wisata sangat terkenal dengan kenindahan taman lautnya. Menyelam sambil menikmati keindahan biota bawah laut adalah daya tarik utama Sao Wisata dalam kurun waktu tersebut.

Namun gempa tektonik disusul tsunami tahun 1992 membuyarkan semuanya. Keindahan bawah laut di Taman Laut Gugus Pulau Teluk Maumere tinggal kenangan.

Meski demikian Sao Wisata tidak begitu saja kehilangan pamornya. Keindahan pantai-pantai di gugusan pulau- pulau kecil dalam taman laut itu tetap menjadi daya tarik luar biasa.

"Sao Wisata Flores dan Taman Laut Gugus Pulau Teluk Maumere hanyalah sudut pandang kecil dari dunia pariwisata. Meskipun jatuh bangun dalam perjalannnya selama ini karean factor bencana alam dan persoalan managemen tapi eksistensinya hingga saat ini masih ada," kata Heribertus Ajo.

Pengalaman Sao Wisata Diving Resor itu merupakan salah satu tantangan pembangunan kepariwisataan di NTT pada umumnya. (john taena/aris ninu)



diterbitkan pos kupang
Rabu, 2 Februari 2011

No comments: