Monday 18 July 2016

Pesan Terakhir Perempuan Rembulan

Ilustrasi dari google


Bayangan perempuan itu terlihat samar-samar di balik keremangan cahaya rembulan malam hari. Sehelai kain menutupi wajah dan kepalanya. Bintang-bintang kecil di angkasa kecil itu terus dipandanginya.

“Cinta itu indah, sebab ia bekerja dalam ruang kehidupan yang luas. Pekerjaan cinta adalah memberi. Memberi apa saja yang dibutuhkan oleh orang yang kita cintai. Demi sebuah kebahagian meski sederhana,” suara lantang perempuan itu membelah kesunyian.

Dahulu dia adalah seorang perempuan rembulan yang periang. Seluruh karunia hidup dari Tuhan telah dipersembahkan, bagi seorang pemuda pujaannya. Perempuan itu lebih menyayangi tambatan sang pujaan hati dari dirinya sendiri.

Lelaki pujaan hatinya dinilai sudah matang yang bisa membiaya kehidupan mereka. Perbedaan usia yang terpaut hingga 10 tahun bukanlah persoalan. Dia telah rela meninggalkan universitas ternama, di kotanya ketika baru duduk di semester ke tiga. Semua dilakukan untuk mewujudkan cintanya, kepada sang pemuda yang bekerja sebagai pegawai pemerintahan.

Seiring perjalanan waktu usia pernikahanya telah menginjak tahun yang ke-11, dan belum dikarunia buah cinta. Meski rumah tangga yang dibina bersama pujaan hati, terlihat bahagia di mata keluarga dan kebanyakan orang, ternyata tidak demikian. Sejuta duka terus menyelimuti hari-harinya.

Sang suami selama ini diam-diam telah memiliki istri simpanan. Rumput tetangga yang lebih hijau dan menyilaukan mata, telah membuat sang suami berpaling dan memilih untuk berselingkuh dengan wanita lain. Laki-laki yang dahulu dipujanya itu telah berhianat dan memiliki istri simpanan di luar.

Waktu terus berlalu dan hidup pun kian berat. Keluarga yang tidak tega melihat penderitaan perempuan rembulan itu menuntut perceraian mereka. Namun langit hatinya masih bergantung, pada lelaki yang telah dipujanya sejak dulu. Di dalam diam hati perempuan rembulan terus meronta.

Dia akhirnya memutuskan untuk pergi merantau dan berpisah sementara dengan suaminya. Perempuan rembulan pun kemudian berangkat ke luar negeri, menjadi seorang tenaga kerja wanita (TKW). Dua tahun berada di negeri orang, dirinya mengalami sakit berat dan dipulangkan ke kampung halaman.

Hasil diagnosa dan uji lab menyatakan perempuan rembulan, telah positif mengidap penyakit AIDS. Penyakit mematikan yang belum ditemukan obatnya itu, ternyata sudah diderita perempuan rembulan sejak 10 tahun silam. Penderitaannya terus bertambah parah. Sementara keluarga tidak memiliki jalan lain, selain berpasrah kepada Tuhan sambil menunggu harinya berakhir. Mereka hanya mampu menghibur perempuan rembulan di sisa-sia kehidupan menuju kematiannya.

Dua hari sebelum ajal menjemput, perempuan rembulan meminta keluarga untuk mendatangkan sang suami. Meski penuh keterpaksaan, suami perempuan rembulan bersedia untuk datang. Perempuan rembulan lalu meminta maaf. Dirinya juga menyampaikan rasa terima kasih tiada tara, atas semua hal yang telah dilalui bersama suaminya.

“Maafkan aku, maafkan cintaku yang terbatas ini. Maafkan rahim sial ini yang tdak bisa memberimu keturunan. Maafkan aku yang tidak bisa menjadi ibu untuk anak-anakmu. Aku ingin pulang ke ribaan Tuhan dengan tenang, dan telah ku ikhlaskan untukmu memiliki yang lain secara resmi. Maafkan aku, aku mencintaimu.” demikian pesan terakhirnya.

Sang suami tidak mampu berkata-kata. Diriya diam seribu bahasa dan hanya meneteskan air mata tatkala menerima pesan terakhir dari perempuan rembulan.

Kisah ‘Perempuan Rembulan’ karya Yahya Ado ini, diceritakan lewat pentas monologia yang dimainkan oleh Linda Tagie. Naskah yang terinspirasi dari sebuah kisah nyata itu dikemas oleh Sutradara, Lanny Koroh, dan dipentaskan dalam acara ‘Panggung Perempuan Biasa’ di Taman Dedari Sikumana, Kupang, Sabtu (16/7/2016).

“Bukan hanya dari Kota Kupang tapi ada yang datang dari Flores dan Lembata, bahkan dari Bali juga datang. Pentas monolog dan musikalisasi puisi sebagai bentuk protes seniwati terhadap human traficking dan kekerasan terhadap perempuan,” demikian Koordinator Komunitas Perempuan Biasa, kepada Pos Kupang, usai acara di lokasi itu, Sabtu (16/7/2016) malam.(jet)
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sumber Pos Kupang cetak, edisi Minggu (17/7/2016) halaman 2. 

No comments: