Thursday 17 July 2014

Sumba Timur Gudang Ternak NTT III


SBY: Perbaiki Padang Penggembalaan

Kurang lebih sejak tiga tahun lalu, tercatat ratusan ekor ternak yang menopang ekonomi rumah tangga warga setempat tidak bisa diselamatkan. Hal ini disebabkan salah satu parasit yang disebut Tryponosoma evansi atau sura. Jenis parasit yang hidup dalam darah ternak, membuat penyakit yang mematikan itu terus menyebar luas.

Belum lagi adat istiadat dan kebudayaan warga setempat yang kurang mendukung pengembangan dan peningkatan produksi ternak di daerah itu. Pasalnya, setiap kali pesta adat kematian atau perkawinan, puluhan bahkan ratusan ekor ternak yang disembelih dalam hitungan hari.

POS KUPANG/JOHN TAENA
SAPI--Ternak sapi sumba ongole milik warga Desa Maubokul, Kecamatan Pandawai, Kabupaten Sumba Timur. Gambar diambil hari Rabu (4/7/2012).
Tujuannya tak lain untuk mempertahankan gengsi dan status sosial kemasyarakatan. Sementara untuk mendapatkan satu ekor anak ternak, butuh waktu satu tahun, bahkan lebih bagi seekor induk untuk beranak.

Gubernur NTT, Frans Lebu Raya, dalam sambutannya saat kunjungan kerja Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, di Desa Maubokul, Kecamatan Pandawai, Kabupaten Sumba Timur, Rabu (4/7/2012), mengatakan, daerah itu merupakan gudang ternak NTT.

Hal ini didukung faktor alam yang berpotensi untuk pengembangan ternak. Padang savana yang terbentang luas, sejauh mata memandang dapat dijadikan  lokasi pengembangan penggembalaan ternak.

Alam daerah itu, kata Frans, menjadi dasar pijakan bagi orang Sumba untuk mengembangkan  ternak. Kepemilikan ternak, bukan sekadar untuk kesejahteraan ekonomi dan peningkatan gizi.

Namun, ternak juga dapat dijadikan sebagai tolok ukur kedudukan status sosial seseorang dalam lingkungan kemasyarakatan. Hal ini akan terlihat dari hewan yang dipotong pada setiap pesta adat kematian maupun perkawinan. Dikatakanya, banyak atau sedikitnya ternak yang dipotong dalam menghadapi kematian, akan menentukan kedudukan dan gengsi seseorang.

Saat ini, NTT mendapatkan kehormatan dari pemerintah pusat karena ditetapkan sebagai penyokong daging nasional. Pasalnya, lewat program demikian dapat mengembalikan harga diri orang NTT, khususnya warga Sumba.  Frans mengakui Sumba sangat potensial untuk pengembangan ternak. Masalahnya ketersediaan air yang kurang.

Masalah klasik yang hingga saat ini masih terus melanda salah satu gudang ternak di NTT adalah penyakit. Para petani peternak di daerah itu, sejak tiga tahun terakhir selalu dihadapkan dengan masalah penyakit. Belum lagi kekurangan pakan dan air minum bagi ternak setiap kali kemarau tiba.

Tanpa melihat persoalan yang dihadapi para petani peternak di daerah ini, pemerintah pusat sudah menetapkan Sumba sebagai sumber ternak utama di Indonesia. Sejak puluhan tahun silam, daerah ini sudah mengharumkan NTT di tingkat nasional sebagai salah satu produsen sapi potong.

"Daerah ini adalah pusat pengembangan genetik sapi sumba ongole dan merupakan salah satu plasma nufa Indonesia yang harus dilindungi," ujar Mentri Pertanian, Siswono, di Desa Maubokul, Kecamatan Pandawai, Rabu (4/7/2012).

Australia Utara atau Darwin sebagai negara penghasil sapi potong di dunia, memiliki iklim yang hampir sama dengan Pulau Sumba. Dasar pikiran itu sehingga pemerintah pusat menjalin kerja sama dengan Australia Utara untuk pengembangan ternak sapi potong di Sumba Timur.

Tujuan kerja sama tersebut untuk meningkatkan produksi daging sapi potong. Selain itu, menjaga dan melestarikan populasi ternak di Pulau Sumba, terutama sapi sumba ongole agar tidak menurun.

Dikatakannya, Sumba memiliki iklim yang hampir sama dengan Australia dan cocok untuk pengembangan ternak. Ke depan daerah ini akan dijadikan sebagai tempat seleksi dan penelitian ternak.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), ketika menggelar rapat bersama para menteri  di rumah jabatan Bupati Sumba Timur, Kamis (5/7/2012), membahas program percepatan pembangunan sektor pertanian dan peternakan di NTT, terutama pengembangan ternak di Sumba Timur.

Untuk menyukseskan program pengembangan ternak sapi sumba ongole, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan lahan peternakan sebelum ternaknya didatangkan. Hal ini berkaitan dengan rencana pemerintah pusat untuk mendatangkan sekitar 850 ekor pejantan pemacek dari luar Sumba.

Permintaan tersebut lebih ditekankan kepada Menteri Koordinator Perekonomian. Tujuannya agar dalam menjalankan upaya pengembangan ternak di daerah, koordinasi dengan lintas unit kementrian terkait harus berjalan baik. Pasalnya, apabila program pengembangan ternak di daerah itu tidak diperhitungkan dengan baik, maka tidak berhasil.

"Bukan soal ternaknya, tapi bagaimana persiapan memperbaiki padang penggembalaan sebelum mendatangkan ternak. Itu yang ditekankan  Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)," kata Bupati Gidion Mbiliyora kepada Pos Kupang di kediamannya, Kamis (5/7/2012). (john taena/ bersambung)

No comments: