Manggulu, salah satu penganan khas Pulau Sumba |
Tuan dan Puan, Manggulu adalah salah satu jenis penganan khas
daerah di Pulau
Sumba yang terbuat dari kacang tanah dan pisang. Ukurannya
kecil dan bentuknya pun mirip dodol. Meskipun kedua jenis makanana ini mirip, namun tetap tidak sama baik rasa maupun kemasan. Namanya
juga makanan khas, kalau sama rasa dan kemasan maka tidak akan khas lagi.
Sesungguhnya penganan khas daerah yang satu ini tidak kalah
lezatnya. Sayangnya jenis penganan lokal Sumba Timur itu sudah jarang ditemukan.
Hanya di beberapa wilayah yang masyarakatnya masih membuat produk tersebut. Itu
pun hanya pada waktu – waktu tertentu dan jumlahnya pun terbatas di Pulau
Sumba Tuan dan
Puan.
Dalam kemasan aslinya, Manggulu dibungkus dengan daun pisang
kering. Bagi orang Sumba, daun pisang kering memiliki nilai pengawet. Sayangnya,
belakangan daun pisang mulai ditinggalkan dan diganti dengan kemasan modern
seperti plastik. Keasliannya sebagai penganan khas yang sehat serta ramah lingkungan
karena tidak mengandung unsure kimia itu mulai terancam.
Jika Tuan dan Puan sempat mengunjungi Pulau
Sumba, Manggulu saat ini memang masih ada di daerah itu
terutama Sumba Timur. Namun keberadaannya mulai tergeser oleh penganan dari
luar. Selain karena produksinya terbatas, perubahan gaya hidup masyarakat setempat
pun turut mempengaruhi eksistensi produk tersebut. Keterbatasan produksi disebabkan
oleh proses pembuatannya yang cukup memakan waktu.
Biasanya, pisang kapok masak harus dikeringkan terlebih dahulu.
Sementara kacang tanah digoreng kemudian diangkat kulit arinya. Pisang yang
sudah dikeringkan kemudian kemudian ditumbuk. Demikian juga kacang tanah yang
sudah digoreng. Selanjutnya, kedua bahan yang sudah dihaluskan ini dicampur dan
dibentuk. Jika cara tradisional pembentukan Manggulu menggunakan tangan, maka
belakangan pencampuran dan pembentukannya kini beralih menggunakan mesin
penggiling.
Saat ini Manggulu memang masih bisa ditemukan di Sumba Timur,
namun hanya di wilayah – wilayah tertentu saja. Di Kota Waingapu juga ada
sejumlah industry rumah tangga yang membuat Manggulu. Itupun produksinya
tidak banyak dan sangat terbatas, selain karena kekurangan modal usaha, akibatnya
Menggulu jarang ditemukan di toko kue. Jikalau ada, jumlahnya sangat terbatas.
Itupun jarang laku terjual karena Manggulu
sebagai cirri khas daerah seakan tenggelam di antara penganan dari luar.
Tuan dan Puan, selain kacang Sumba yang dikenal memiliki karena
kekhasan rasanya, Sumba Timur juga kaya
akan penganan lokal. Namun harus diakui karena gaungnya kalah dengan penganan
dari luar. Kemasan dan tampilan yang lebih menarik, pergeseran pola hidup
masyarakat setempta juga turut mempengaruhi eksistensi Manggulu
sebagai penganan lokal.
Beta melihat, masyarakat Sumba Timur akan merasa lebih
berkelas jika menenteng donat atau roti dengan kemasan yang menarik daripada
Manggulu dengan kemasan daun pisang kering. Mungkin ini juga disebabkan oleh
pengaruh promosi dan pencitraan pangan lokal yang masih terbatas. Akibatnya, menyebabkan
penganan ini tidak banyak dilirik oleh masyarakat Sumba Timur.
Tuan dan Puan, Manggulu memang belum terkenal seperti kacang
Sumba. Jangankan untuk masyarakat luar, generasi muda Pulau
Sumba saja bahkan sudah ada yang tidak mengenal
Manggulu. Padahal kalau diperkenalkan terus – menerus, Manggulu bisa menjadi
penganan yang diminati banyak orang karena rasanya khas. (*)
No comments:
Post a Comment