Thursday 10 September 2015

Tempat Belajar yang Menyenangkan

POS KUPANG/ENOLD AMARAYA

CERIA-Kepala SMPK St. Yoseph Kupang, Romo Amanche Frank OE Ninu, Pr (tengah) bersama siswa dan guru tampak ceria seusai peluncuran berbagai kegiatan, Jumat (4/9/2015).



Setelah  Gerakan 30 September 1965, situasi politik dalam negeri belum stabil. Ratusan anak usia sekolah di Kota Kupang saat itu kesulitan untuk memperoleh pendidikan yang layak.

Selain karena masalah ekonomi, juga karena keterbatasan sarana prasarana pendidikan. Akibatnya banyak anak tidak dapat melanjutkan pendidikan ke SMP setelah tamat sekolah dasar (SD).

Kondisi ini disebabkan minimnya lembaga pendidikan menengah pertama. Selain itu, daya tampung rombongan belajar sangat terbatas dan jarak tempuh yang cukup jauh. Realitas sosial yang terjadi kala itu menjadi keprihatinan berbagai pihak.

Di kondisi memrihatinkan, Yos Djogo, B. Sc, salah seorang pegawai negeri sipil (PNS) di Dinas Pertanian Provinsi NTT, berinisiatif menghadirkan satu lembaga pendidikan menengah pertama, yaitu SMP. Kala itu wilayah Naikoten, Kota Kupang, belum terlalu padat dan Yos memutuskan membangun sebuah lembaga pendidikan menengah pertama.

Motivasinya saat itu untuk menampung anak - anak yang sudah tamat sekolah dasar dan hendak melanjutkan pendidikan lebih tinggi. Niat itu akhirnya terwujud pada 6 Januari 1966, sebuah sekolah menengah pertama resmi didirikan dengan nama SMP Katolik Sapientia (Kebijaksaan) II.

Lokasi sekolah itu berada di Jalan ER Herewila No. 27, RT 05/RW 03, Kelurahan Naikoten II, Kecamatan Kota Raja, Kota Kupang. Setelah sukses mendirikan lembaga pendidikan, Yos mengajak sekitar lima orang mahasiswa asal Flores yang sedang menimba ilmu untuk menjadi guru. Kelima orang tenaga honorer yang bertugas untuk mengasuh sekitar 23 orang siswa angkatan pertama saat itu dipimpin Barlon Parera. Ke-23 orang siswa angkatan pertama kala itu berasal dari berbagai latar belakang etnis dan agama.

Rata-rata para siswa yang biasanya mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM) pada siang hari tinggal bersama wali murid dan orangtuanya. Selain itu, dua orang staf guru itu adalah di antaranya Drs. Piter Boli Keraf (mantan Penjabat Bupati Lembata) dan Bernard Belo Ola (mantan Kadis Sosial Kabupaten Sumba Timur dan Sikka).

"Kegiatan KBM dilakukan pada siang hari dan dipimpin oleh Bapak Barlon Parera, sebagai kepala sekolah. Beliau sebenarnya sudah memiliki tugas pokok, karena pagi hari menjadi kepala sekolah SDK Santo Belarnus, yang kemudian berubah nama menjadi SDK Santo Yoseph I ini," jelas Kepala Sekolah SMP Katolik St. Yoseph Naikoten, Romo Amanche Frank OE Ninu, Pr, di ruang kerjanya, Jumat (4/9/2015).

Seiring perjalanan waktu, lembaga ini bergabung dengan Yayasan Swastisari Keuskupan Kupang (Keuskupan Agung Kupang saat ini) pada tahun 1969. Namun setelah berdirinya Paroki Santo Yoseph yang memekarkan diri dari Paroki Katedral Kristus Raja, pengelola lembaga itu diserahkan kepada Dewan Pastoral Paroki Santo Yoseph Naikoten.

"Oleh Pater C Nellisen SVD, misionaris asal Belanda yang menjadi pastor paroki saat itu, nama SMPK Sapientia II berubah menjadi SMPK Santo Yoseph. Nama Santo Yoseph pun diabadikan menjadi santo pelindung sekolah ini," jelas Romo Amanche.

Sebagai lembaga pendidikan, SMP Katolik Santo Yoseph Naikoten - Kupang, sejak awal hadir dengan visi membentuk manusia berkarakter yang unggul dalam ilmu, iman dan moral.

Selain itu, misinya antara lain, menciptakan sekolah sebagai komunitas pendidikan yang menyenangkan dan bersaudara, berdasarkan norma dan nilai budaya bangsa dan nilai-nilai Kristiani. Mengembangkan profesionalitas pendidikan dan tenaga pendidik dalam layanan pendidikan berkualitas.

Mengembangkan kurikulum secara optimal dan proses pembelajaran secara efektif, efisien dan inovatif. Mendorong dan membantu peserta didik untuk mengenali potensi diri, sehingga dapat dikembangkan secara optimal. Membekali peserta didik agar lebih mencintai alam serta lingkungan sekitar.

Menumbuhkan penghayatan dan pengalaman iman dan kepercayaan yang dianut melalui Tri-tugas Kristus sebagai Imam, Nabi dan Raja. Kini di usianya sudah hampir genap setengah abad (50 tahun), lembaga ini telah mampu dan terus memberikan kontribusi sesuai visi dan misinya dan mencerdaskan anak bangsa.

Tercatat lebih dari 7.000 alumni telah berkarier di dalam dan luar negeri. Para alumni yang pernah mengenakan almamater SMP Katolik Santo Yoseph Kupang, kini terus mendedikasikan diri sebagai pemimpin bangsa dan daerah, serta menjadi pemimpin gereja.

"Mantan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia era Presiden Megawati Soekarnoputri, Dr. Soni Keraf, dan Bupati  Manggarai. saat ini, Drs. Christian Rotok serta masih banyak deretan nama lainnya. Mereka semua adalah putra dan putri yang lahir dari rahim lembaga SMP Katolik Santo Yoseph Kupang," jelas Romo Amanche.

Punya mimpi untuk menjadikan sekolah ini tetap dan lebih berkualitas di masa yang akan datang teristimewa anak - anak didik ini kalau sudah keluar dari sini mereka akan menjadi orang yang mencintai iman dan ilmu.

Mereka mampu mengembangkan diri. Menjadi orang yang baik dan berguna. Menjadi pribadi-pribadi yang berkarakter untuk gereja dan tanah air. "Sama seperti para alumnus yang sudah dilahirkan oleh almamater ini," ujarnya.

Di usianya yang ke – 49, saat ini sedang dipersiapkan Pesta Emas SMPK St Yoseph Kupang yang akan segera dirayakan oleh lembaga itu. Sebagai Kepala Sekolah, Romo Amanche memiliki mimpi untuk menjadikan lembaga pendidikan itu lebih berkualitas di masa yang akan dating. Para peserta didik diharapkan  mampu mencintai manusia yang mencintai iman dan ilmu. 

“Teristimewa anak – anak didik ini kalau sdh keluar dari sini mereka akan menjadi org yg mencintai iman dan ilmu, sama seperti para alumnus sperti yang sudah dilahirkan oleh almamater ini,” tandas Romo Amanche.(john taena)

Sumber Pos Kupang cetak edisi Senin (7/9/2015), halaman 1