Thursday 17 July 2014

Sumba Timur Gudang Ternak NTT I

Kelak Sapi Ongole Jadi Kenangan

POS KUPANG/JOHN TAENA
GEMBALA--Seorang warga Desa Maubokul, Kecamatan Pandawai, Kabupaten Sumba Timur, menggembalakan ternak sapi ongole miliknya, Rabu (4/7/2012).
Rinduku pada Sumba adalah rindu padang-padang terbuka dimana matahari membusur api di atas sana. Rinduku pada Sumba adalah rindu peternak perjaka. Bilamana peluh dan tenaga tanpa dihitung harga."

LEWAT puisinya berjudul, "Beri Daku Sumba" sang penyair era 1970-an, Taufiq Ismail, menggambarkan kekayaan alam yang dimiliki oleh negeri padang savanna, Pulau Sumba. Bukan hanya pemandangan alamnya yang mampu memikat pandangan mata setiap orang. Para gembala ternak kuda sandelwood, kerbau dan sapi Sumba Ongole (SO) melengkapi indahnya alam setempat.

Potensi alam yang dimiliki itu, membuat Pulau Sumba dikenal sebagai gudang ternak. Hal ini yang menjadi salah satu alasan mendasar bagi pemerintah Belanda untuk mendatangkan sapi ongole dari  India untuk dikembangkan di padang savanna yang terbentang laus sejauh mata memandang itu. Seiring perjalanan waktu dan didukung oleh kekayaan alam setempat menyebabkan sapi ongole terus berkembang biak dan memadati padang savanna itu hingga sekarang.

Upaya untuk mengembangkan potensi ternak yang dimiliki oleh negeri savanna inipun terus berlanjut. Hal ini ditandai pengiriman sekitar 500 ekor sapi Brahman Autralia pada era tahun 1970 ketika kepemimpinan Presiden RI, Soeharto. Proses perkawinan silang antara sapi ongole dan sapi brahman pun tak terhindarkan. Hal ini disebabkan oleh faktor pola peternakan yang masih bersifat tradisional.

                                                     ***
Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Sumba Timur, Ir. Yunus D Wulang, kepada Pos Kupang di Desa Maubokul, Kecamatan Pandawai, Selasa (3/7/2012), menyebut total areal padang savanna yang digunakan untuk penggembalaan ternak di daerah itu sekitar 465 ribu hektar. Luas areal tersebut berada di 22 kecamatan dan 156 desa kelurahan di Kabupaten Sumba Timur. Dikatakanya, potensi padang penggembalaan di seluruh Sumba Timur seluas 465 ribu hektar.


Hingga saat ini, total ternak besar yaitu kuda, kerbau dan sapi sumba ongole (SO) mencapai  121 ribu ekor. Total populasi ternak besar itu terdiri dari  530.51 ekor sapi SO, 37.052 ekor kuda dan kerbau sebanyak 310.48 ekor. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan bagi pihak Pemerintah Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk menetapkan daerah itu menjadi salah satu gudang ternak.

"Karena potensi alam dan total ternak yang dimiliki itulah yang menjadi alasan mengapa kita ditetapkan menjadi daerah gudang ternak," katanya.

Selain sapi SO, padang penggembalaan setempat juga pernah disuplai dengan bibit sapi brahman yang didatangkan dari Australia. Kurang lebih terdapat sekitar 500 ekor yang diberikan oleh Presiden Soeharto pada tahun 1970 kepada warga untuk dikembangkan. Namun, nasib jenis sapi yang satu ini tidak semulus sapi SO.

Keberlangsungan sapi brahman tidak bertahan lama di negeri padang savanna itu. Ibarat mencari jarum dalam jerami, jenis sapi brahman asal Australia sulit ditemukan. "Ada yang mati dan ada yang dipotong. Memang masih ada, hanya beberapa ekor,"
ujarnya.

Meskipun total populasi ternak sapi SO di daerah tersebut sebanyak 530.51 ekor, bukan berarti tidak berpotensi untuk berkurang. Populasi ternak kebanggaan NTT ini kian hari kian memrihatinkan. Masalah kekurangan pakan dan air minum pada setiap musim kemarau selalu dihadapi  ternak. Selain itu, kawanan sapi SO yang dijual dalam jumlah banyak, terutama usia produktif juga terus terjadi.

Sebagai salah satu plasma nufa Indonesia, sudah saatnya genetik sapi SO dilindungi dan dikembangkan. Dan, bukan tidak mungkin, suatu saat kelak nama genetik sapi SO yang dibanggakan menjadi kenangan masa lalu. Jual beli ternak yang diantarpulaukan terus terjadi guna memenuhi permintaan daging sapi di tingkat nasional.

Tak jarang, usia produktifpun menjadi korban penjualan ternak untuk dipotong guna memenuhi permintaan kebutuhan daging para konsumen. Di sisi lain produksi ternak yang dihasilkan setiap tahun tidak sebanding dengan pengeluaran. Persoalan ini menjadi ancaman bagi upaya peningkatan dan pengembangan sapi SO.

Bupati Sumba Timur, Gidion Mbiliyora, saat di temui di kediamannya, Selasa (3/7/2012),  mengatakan, salah satu kendala yang dihadapi oleh pemerintah kabupaten (Pemkab) setempat dalam upaya peningkatan produksi ternak di daerah itu adalah masalah penyakit. Jenis penyakit yang menyerang ternak di daerah itu adalah sura. "Sura sudah ditetapkan sebagai KLB (kejadian luar biasa)," katanya. (john taena/bersambung)

http://kupang.tribunnews.com/2012/07/10/kelak-sapi-ongole-jadi-kenangan

No comments: