Showing posts with label Feature. Show all posts
Showing posts with label Feature. Show all posts

Saturday 27 June 2015

In Memoriam Ben Mboi


  • “Saya Telah Mencapai Point of No Return”
                                                                                                                                                            Istimewa
PRABOWO--Ketua DPP Partai Gerindra, Prabowo Subianto, didampingi Ketua Komisi V DPR RI, Fary Dj Francis, mendoakan jenazah mantan Gubernur NTT, dr. Ben Mboi, di rumah duka di Jakarta, Selasa (23/6/2015). 
“Saya telah mencapai point of no return. Melihat ke belakang sekarang, saya memilih probabilitas hidup yang 40 tahun persen itu,” tulisnya dalam memoar Ben Mboi, Memoar seorang dokter, prajurit, pamong praja halaman 46.  

Apa yang disampiakan oleh Ben Mboi ini sebagai respons dari briefing terakhir  dari Panglima Operasi Mandala Mayor Jendral Soeharto Di Pangkalan Udara Amahai, Pulau Seram, Maluku, tanggal 23 Juni 1962.

“Tugas kalian cukup berat. Saya perkirakan sekitar 60 persen dari kalian tidak akan kembali dan hanya 40 persen yang bisa selamat. Yang merasa ragu – ragu sekarang masih dapat mundur…” kata Mayjen Soeharto. Nyatanya tak seorang pun dari 206 anggota pasukan gabungan yang akan diterjunkan ke belantara Irian Barat yang mengambil tawaran itu.

Ben Mboi baru saja lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan secara sukarela ikut operasi militer parakomando. Penerjunan dengan tiga C-130 hercules itu dipimpin kapten Benny Moerdani (29), selaku komandan Gugus Tugas Operasi Naga, dan Kapten Bambang Soepeno sebagai wakilnya.

Dalam biografi Benny Moerdani, Tragedi Seorang Loyalis, yang ditulis Julius Pour disebutkan, penerjunan di malam itu tak sepenuhnya berlangsung mulus.  Setidaknya delapan orang tewas karena masuk rawa, seorang dibunuh penduduk, seorang lagi meninggal karena sakit, dan tujuh hilang. Sebaliknya Benny  dan pasukannya berhassil mengikat 500 marinir Belanda.

Secara keseluruhan, upaya mengembalikan wilayah Irian Barat dari Belanda itu dinamai Operasi Trikora di bawah pimpinan langsung Presiden Soekarno. Untuk operasi militer itu, Bung Karno membeli banyak persenjataan dari Uni Soviet, diantaranya 24 pengebom Tu-16 yang amat ditakuti Barat serta segerombolan pesawat tempur MiG-19 dan MiG-17. Posisi Tu-16 amat strategis karena bisa digunakan untuk mengebom kapal induk Karel Doorman, senjata utama Belanda yang telah lego jangkar di perairan Biak.

Total TNI – Polri yang diterjunkan le Irian mencapai 1.419 orang. Dari jumlah itu, 216 orang gugur dan 296 lainnya ditangkap. Atas prestasinya, Benny Moerdani mendapat kenaikan pangkat menjadi mayor dan anugerah Bintang Sakti yang disematkan langsung oleh Bung Karno di Istana Merdeka pada Februari 1963. Ben Boi pun menerima anugerah serupa. Dalam sejarah Indonesia, hanya beberapa perwira yang mendapat penghargaan ini.

Peristiwa tanggal 23 Juni 1962 itu sepertinya kembali terjadi. Betapa tidak pada tanggal 23 Juni 2015, Ben Boi berada dalam posisi pasrah untuk menerima hari – hari terakhir hidupnya di dunia. Sebab, pukul 00.05 WIB, tanggal 23 Juni 2015, Ben Mboi menghembuskan nafasnya di Rumah Sakit Pondok Indah setelah keluar masuk rumah sakit sejak 19 Mei 2015.

Menurut penuturan Ignas Lega, yang sempat menjenguk almarhum di RS Pondok Indah, saat di RS almarhum masih bisa berkomunikasi walaupun sejumlah peralatan medis menempel di mulut dan hidungnya.

Bahkan ketika ditanya dokter terkait obat – obat yang dikonsumsinya selama diserang stroke, Ben Mboi masih bisa mengingat dan menulisnya secara jelas jenis obat yang dikonsumsinya. Termasuk tanggal dan tahun diserang stroke.
Perjuangannya selama selama di RS untuk sembuh masih sangat kuat. Namun, Tuhan memiliki maksud yang tidak dapat dimengerti manusia. Pada tanggal 23 Juni 2015 itu, kalimat yang sempat diungkapnya, “Saya telah mencapai point of no return” menjadi titik terakhir perjalanan hidup di dunia ini.

Hari ini Ben Mboi akan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Di tempat ini Ben Mboi berkumpul dan “bersua” teman – teman bahkan komandannya ketika terjun untuk merebut Irian Barat. Acara pemakaman diawali seremoni adat ‘takeng peti’ dan ‘poe woja agu latung.’  Disusul misa requiem di Gereja St. Stefanus Cilandak dan seterusnya ke TMP Kalibata untuk dimakamkan secara militer. Selamat Jalan Pa Ben, jasamu terus kami kenang. (ery/dariberbagai sumber)

Diterbitkan pos kupang edisi cetak Kamis 25 Juni 2015

Ia Mengelus Lalu Mencium Patung Wanita Itu

                                                                                                                                                             POS KUPANG/SIPRI SEKO
Pantai Batu Nona di Kelurahan Lasiana, merupakan pilihan alternatif wisata pantai yang sangat mempesona.
SORE itu, seorang anak kecil berusia sekitar tujuh tahun berdiri sambil mengelus-elus sebuah patung yang nampaknya belum sebulan dipasang. Ada empat patung berbentuk dewa dan dewi dipasang di atas batu karang yang menjorok masuk ke dalam laut.

Anak kecil berambut keriting itu nampak tak peduli dengan panasnya teriknya mentari. Angin yang bertiup kencang, membuat rambutnya yang tak diikat, seperti hendak terangkat dari kepalanya. Sesekali anak itu memeluk patung wanita yang lebih tinggi darinya itu. Ia bahkan nekat mencium pipi patung wanita itu sambil tertawa puas.

Moment ini tak lepas dari jepretan kamera handphone kakaknya yang berusia sekitar 12 tahun. Kedua bocah cilik ini nampak sangat menikmati keberadaanya di Pantai Batu Nona. Puas bermain dengan patung-patung ini, kedua bocah perempuan ini beralih ke tempat duduk yang dibangun dengan semen. Namun hanya sebentar, karena di situ tertulis, yang duduk di kursi harus membayar.

Keduanya lalu masuk ke dalam laut. Air yang surut, membuat hamparan pasir di pantai yang bersih membuat keduanya tak ragu-ragu bermain pasir ataupun meloncat masuk ke dalam laut. Mereka nampak tak peduli dengan ratusan orang yang juga ikut menikmati keindahan Pantai Batu Nona.

Sejak dua bulan belakangan, pantai Batu Nona yang terletak di Kelurahan Lasiana nampak mulai ditata. Pantai yang terletak di antara Pantai Nunsui, Kelurahan Oesapa dan Pantai Lasiana, sudah mulai dikelola sebagai tujuan wisata. Kalau sebelumnya untuk masuk ke pantai ini tidak dipungut biaya, saat ini sudah ada. Sebuah palang sederhana dipasang di jalan masuk ke Pantai Batu Nona. Untuk sepeda motor dikenakkan tarif Rp 2.000 sedangkan mobil Rp 5.000.

Pungutan ini langsung dilakukan oleh warga setempat. Mereka mengaku, pungutan itu dilakukan sebagai biaya untuk membersihkan dan menata pantai agar tetap indah. Pungutan itu, kata mereka, sudah atas persetujuan pihak kelurahan yang dipercayakan kepada para tuan tanah. Dalam sehari, mereka bisa mendapat pemasukkan di atas Rp 200 ribu dan di atas Rp 500 ribu bila hari libur atau hari minggu.

Sebuah rumah makan yang menyediakan aneka masakan sea food dibangun di pantai itu. Ada juga tenda yang dibangun untuk pengunjung yang ingin makan aneka makanan yang disiapkan oleh pengelola kafe. Pengunjung bisa memanfaatkan fasilitas live music yang disiapkan pengelola kafe. Sebuah kolam renang berbentuk bulat dibangun di tepi pantai itu. Kolam ini, biasanya digunakan oleh mereka yang ingin membersihkan diri setelah mandi air laut.

Pantai yang dipenuhi pohon lontar, kelapa dan pohon lainnya ini memang tepat sebagai lokasi untuk sekadar melepas lelah sambil menikmati keindahan laut. Rindangnya pepohonan di sepanjang garis Pantai Batu Nona membuat warga sering menggunakannya untuk berbagai kegiatan seperti arisan, diskusi dan lainnya. Ada warga yang membawa ikan segar, membakarnya lalu makan di lokasi ini. Bahkan terkadang terlihat beberapa pemuda tanggung yang membeli sopi lalu menikmatinya bersama-sama di Pantai Batu Nona.

Pantai Batu Nona sudah menjadi salah satu favorit wisata pantai di Kota Kupang. Laut dan pasirnya yang bersih, membuat orang rela berlama-lama datang ke lokasi ini. Perlahan-lahan, pantai yang sebelumnya gratis dinikmati ini, mulai dikelola untuk mendatangkan keuntungan ekonomis bagi warga setempat. (eko)

Sumber http://kupang.tribunnews.com/2015/04/27/ia-mengelus-lalu-mencium-patung-wanita-itu

Pantai Kelapa Satu Tenau: Pesona yang Belum Dikenal

                                                                                                                                                            POS KUPANG/JOHN TAENA
 Pengunjung Pantai Kelapa Satu, Kelurahan Alak, Kota Kupang, menikmati keindahan alam sambil berfoto. Jumat (1/5/2015).
MENIKMATI liburan sekaligus melaksanakan tugas jurnalistik. Pantai Kelapa Satu, Kelurahan Alak, Kecamatan Alak, Kota Kupang adalah pilihan yang tidak salah. Yaah! Tidak salah untuk menghabiskan hari libur kali ini. Pesona dari Tanjung Lontar memang belum dikenal oleh khalayak banyak, namun bukan berarti tidak mampu memikat hati setiap pengunjung.

Riuh suara sekawanan monyet yang tidak mau kalah dari hiruk pikuk arus lalu lintas Jalan M. Praja akan menyambut setiap pengunjung. Dari dalam hutan bidara dan kusambi, kicuan beraneka jenis burung memanjangkan telinga. Bak seorang bidadari yang hendak memamerkan kecantikannya untuk menyambut Pos Kupang, demikian hempasan gelombang laut dan buih di atas karang pantai.

Keindahan laut biru Tanjung Lontar baru setiap orang yang hendak melepas lelah pada hari libur dari segala kepenatan. Hutan kusambi dan bidara yang tumbuh rimbun di sekitar areal pantai sepanjang kurang lebih 2.000 meter ini akan menyajikan udara nan sejuk di siang hari. Begitupun cahaya kuning keemasan dari matahari ketika hendak kembali ke perut bumi terlihat indah saat menyentuh dahan-dahan pohon di hutan Pulau Semau.

Anggi Baba, warga Kuanino bersama dua orang anaknya adalah pengunjung yang sering mendatangi Pantai Kelapa Satu. Dia mengatakan, lokasi obyek wisata yang satu ini belum dilirik oleh pemerintah. "Kalau menurut saya, selama ini pemerintah hanya melihat Gua Monyet, sementara pantai ini belum," katanya.

Bukan tanpa alasan, pengunjung pantai kelapa satu berpendapat demikian. Akses menuju pantai yang berjarak sekitar dua ratus meter dari tepi Jalan M Praja tersebut belum ada. Kendaraan pengunjung diparkir di sekitar Gua Monyet. Selanjutnya para pengunjung akan berjalan kaki menusuri jalan setepak dan hutan belukar menju lokasi pantai. "Contohnya jalan masuk menuju pantai ini saja belum ada. Padahal ini adalah salah satu dan mungkin pantai terakhir di Kota Kupang yang belum rusak dan masih asli," ujar Anggi Baba.

"Di sini sejuk dan masih natural, tidak seperti pantai lain di Kupang. Kalau bisa jangan dimodifikasi, apalagi bangun gedung-gedung besar. Pantai ini belum dikenal dan memang belum banyak pengunjung, tapi biasanya kalau liburan saya dan teman-teman datang ke sini," ujar Cristian Putra, pelajar SMP di Kota Kupang yang datang bersama teman-temannya.

Setiap kali mengunjungi Pantai Kelapa Satu, para pelajar SMP ini akan enggan kembali sebelum matahari terbenam. Ketika matahari terbenam, pemandangan elok akan disajikan oleh alam dari dahan-dahan pohon di hutan pulau seberang, Semau. Selain itu juga keindahan pesona laut Tanjung Lontar akan melengkapi kunjungan setiap orang hingga petang di Pantai Kelapa Satu.

"Kami biasanya tunggu sampai sore baru pulang. Sebelum pulang kami mau melihat sunset di Pulau Semau biar minggu depan ujian bisa berjalan lancer," candanya. (john taena)


Sumber http://kupang.tribunnews.com/2015/05/04/pantai-kelapa-satu-tenau-pesona-yang-belum-dikenal

Wednesday 18 February 2015

Meyza Mawarila Jamil di Luar Zona Nyaman



Meyza Mawarila Jamil
Kegagalan hanya situasi tak terduga yang menuntut transformasi dalam makna positif. Ingat, Amerika Serikat merupakan hasil dari kegagalan total sebab Columbus sebenarnya ingin mencari jalan ke Asia,” demikian petuah klasik nan puitis dari seorang penulis kondang berkebangsaan Italia, Eugenio Barba, yang mungkin  tidak dimaknai oleh semua orang.

Berbeda dengan salah satu karyawan BPJS Cabang Waingapu, Sumba Timur yang satu ini. Sebagai orang muda, dirinya selalu melihat peluang menuju kesuksesan dari balik kegagalan. Senyum manis selalu dihadiahkannya sebagai penyemangat untuk menapaki setiap anak tangga menuju puncak prestasi tertinggi.

Sikap dan tutur katanya halus. Memiliki wajah yang ayu bak seorang putri kerajaan, tidak membuat dirinya angkuh. Raut wajah yang cerah ceria dan senantiasa dipadu senyum manis dari balik bibir tipisnya, membuat wanita itu terlihat begitu anggun. Menyapa dengan lembut, penuh kehangantan paling tidak inilah kesan yang dialami Pos Kupang saat bertemu dan berbincang – bincang dengan Meyza Mawarila Jamil di kantor BPJS Cabang Waingapu, Sumba Timur, Senin (12/1/2015).

“Jangan hanya mencari kawan yang membuat kita merasa nyaman, carilah juga kawan yang memaksa kita untuk terus berkembang,” saran  perempuan kelahiran Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), 2 Mei 1990 ini.

Jika seseorang tetap memilih hidup dalam zona nyaman, demikian Meyza, nyaris sudah dapat dipastikan yang bersangkutan akan sulit berkembang. Sebaliknya, mereka yang mau mencoba keluar dari zona nyaman, bisa dipastikan akan keluar sebagai penakluk tantangan dan menjadi sang juara. “Target dan tujuan dalam hidup itu sangat penting. Saya adalah orang yang keluar dari zona nyaman,” ujar dara manis yang akrab disapa Meyza ini. 

Setiap kalimat yang terucap, senantiasa dihiasi dengan senyum dari bibir tipisnya sebagai ciri khas seorang putri. Meyza tentu merupakan sebuah nama yang sudah tidak asing lagi bagi para pencinta kontes kecantikan di Tanah Air. Pasalnya sebagai orang muda berprestasi, Meyza pernah didaulat untuk mewakili NTB menjadi Putri Indonesia 2009. 



Menurut putri sulung dari pasangan Drs. Burchazwar Jamil dan Maria Jamil, tidak ada tantangan yang tidak bisa ditaklukan. Namun untuk menaklukan setiap tantangan, dibutuhkan optimisme dan semangat untuk terus belajar. Selain itu, tutur Meyza, kalau seseorang mau belajar dari kegagalannya, ia akan berbenah dan tampil lebih baik di masayang akan datang.

Wanita yang punya hobby modeling, membaca dan menulis ini, mengatakan, kalau belum berhasil mungkin itu kemenangan yang tertunda. “Kadang – kadang sesuatu yang kita bilang tidak bisa, tapi kalau berusaha pasti bisa.  Misalnya kalau kalah dalam sebuah perlombaan, terus kita perbaiki setiap kekurangan yang ada, tentu akan menjadi seorang pemenang pada perlombaan yang akan datang. Poinnya kegagalan itu dijadikan cambuk untuk menjadi yang lebih baik,”  katanya.

Sebagai seorang mantan Putri Indonesia 2009, Meyza memiliki pandangan tersendiri bagi dunia pariwisata NTT, khususnya Kabupaten Sumba Timur. “Sumba Timur memiliki potensi yang cukup besar di sektor pariwisata. Ada beberapa faktor yang selama ini belum diperhatikan, seperti akses transportasi menuju setiap obyek wisata. Begitupun dengan promosi pariwisatanya juga belum maksimal,” ujarnya.

Salah satu mantan duta wisata NTB ini berharap, ke depan Pemkab Sumba Timur harus lebih mengoptimalkan pengelolaan industri pariwisata di daerah itu. Pasalnya banyak potensi pariwisata, baik alam maupun budaya, yang belum  mendapat perhatian selama ini. Akibatnya, harapan untuk menarik perhatian para wisatawan domestik maupun manca negara belum tercapai. 

“Setiap daerah memiliki keunikan dan asset pariwisatanya masing – masing. Alam Sumba Timur itu seperti New Zeland. Saya berharap pemerintah dan pemimpin yang akan datang, bisa memperhatikan industri pariwisata di daerah ini,” saran lulusan Fakultas Ekonomi, Universitas Mataram (Unram) tahun 2011 ini.(john taena)

Diterbitkan Pos Kupang cetak edisi Senin, 19 Januari 2015

Sunday 4 January 2015

Menulis Dapat Mencegah Stress dan Post Power Syndrome



Ilustrasi orang stress (Google)
Beta pernah mengajak tuan dan puan untuk menulis. Tahun lalu anda diajak untuk membuat  tulisan – tulisan sederhana sebagai publikasi diri. Itu baru salah satu contoh dari manfaat menjadi blogger dan rajin menulis. Mungkin pernah terbayang dan mungkin juga tidak pernah membayangkan sebelumnya, kalau menulis itu banyak manfaatnya termasuk untuk kesehatan.

Di sisi lain keuntungan dari menulis adalah mendapat kebanggaan tersendiri. Sebuah kebanggaan yang tak ternilai harganya. Dan hanya akan bisa diperoleh, ketika sudah menghasilkan sebuah tulisan, baik dalam bentuk buku maupun artikel sederhana.

Ketika tuan dan puan membuat sebuah tulisan lalu membayangkan jika suatu saat sudah tiada, sementara tulisan – tulisan kita masih tetap bertahan untuk dinikmati dan dibaca oleh generasi berikutnya. Katakanlah, tulisan yang dibuat saat ini akan dibaca oleh generasi mendatang pada tahun 2320 M. Tentunya sebagai pemilik tulisan itu sendiri anda akan merasa bangga, karena saat itu kita sudah tidak bisa berkata – kata lagi tapi pikiran kita masih terus terlihat dalam tulisan.

Puan mungkin sudah tiada, namun anak, cucu, cicit dan seluruh keturunannya akan bangga. Mereka bangga karena memiliki seorang moyang yang tidak hanya menghabis hidupnya untuk berbicara, melainkan bisa meninggalkan warisan dalam bentuk tulisan yang terus menerus dibaca oleh semua orang. Itulah yang disebut dengan warisan peradaban yang tak ternilai harganya.

Tuan, kata – kata akan terus berlalu dan hanyut bersama perjalanan sang waktu. Namun tulisan – tulisan akan tetap bertahan sampai kapanpun. Coba bayangkan di masa mendatang, pikiran yang tertuang dalam bentuk tulisan itu akan dikutip oleh seseorang. Saat orang itu berbicara di depan khalayak banyak, sambil mengutip dan ada namamu juga yang disebut.



Pikiran seseorang yang sudah dituangkan dalam tulisan bukan tidak mungkin akan menjadi inspirator. Misalnya sebuah tulisan tentang solusi – solusi hidup di perabadan modern. Bukan tidak mungkin juga sebagai pemilik tulisan itu sendiri, akan dianggap sebagai pemberi inspirasi dalam hal tertentu. Atau sebuah tulisan fiksi akan dijadikan hiburan. Otomatis anda sudah menjadi penghibur luar biasa bagi manusia lain di masa mendatang dari sekarang hanya dengan sebuah tulisan.

Berbicara tentang aktifitas tulis menulis, mungkin kebanyakan kita tidak pernah menyadari bahwa saat melakukan aktivitas demikian sangat bermanfaat untuk kesehatan. Setidaknya dapat mencegah kepikunan. Yaah kepikunan karena saat menulis sesuatu, terdapat ribuan bahkan jutaan jaringan otak kita saling keit mengait satu sama lain dan bergerak aktif dengan lincahnya  di dalam kepala kita.

Jika tuan dan puan tidak menggerakan sel – sel otak di dalam kepala, maka bersiap – siaplah untuk segera pikun. Alasannya sederhana, karena kalau sel – sel otak dalam kepala dibiarkan diam dan pasif terlalu lama, maka lambat laun akan mati. Semakin banyak jaringan otak yang mati, semakin cepat pula anda mengalami kepikunan.

Memang benar ada juga unsure negative yang beresiko bagi bagi kesehatan jika seseorang duduk terlalu lama untuk menulis. Namun kalau seseorang rajin menulis buku atau artikel apapun, akan lebih banyak mendapat manfaat positif bagi kesehatannya dibanding yang negative.

Berdasarkan hasil studi yang dilakukan, penyebab penyakit bagi diri manusia ditemukan lebih banyak karena factor stress. Sementara unsur fisik hanya menyumbang sekitar 10 persen. Ketika kita sudah membiasakan diri, untuk menyalurkan seluruh pikiran dan perasaan lewat sebuah tulisan sekecil apapun, otomatis dan sudah pasti akan terhindar dari stress.

Disaat menulis segala seseuatu, terdapat tiga unsure penting sebagai inti dalam diri mansia manusia akan diaktifkan pada saat yang bersamaan. Otak diaktifkan, hati dan jiwa pun demikian, kemudian perasaan dituangkan dalam tulisan. Inti dari diri manusia adalah otak, hati dan jiwa. Para blogger yang sebelumnya mengalami stress, dengan sendirinya hilang dan kesehatan kita sebagai manusia tetap terjaga bila sudah mulai menulis.

Stress biasanya dialami oleh seseorang saat perasaannya tidak dapat disalurkan. Begitupun istilah post power pyndrome yang mungkin sering kita dengar dan biasanya lebih sering dialami oleh para pensiunan. Meskipun baru saja menjalani masa pensiun, tapi seseorang sudah menikmati beberapa jenis obat penawar dalam mengisi hari – harinya. Maka menjadi orang yang rajin menulis, baik masih berusia muda maupun sudah tua, kita akan mampu menyalurkan perasaannya dan terhindar dari stress.  


Bila saat ini tuan dan puan masih aktif dan muda, sesibuk apapun pekerjaan anda cobalah meluangkan waktu paling tidak 30 menit setiap hari. Upayakan sebisa mungkin untuk menghindari stress dengan menulis.

Sudah saatnya sekarang, ambilah bagian menjadi seorang blogger pada akun blog gratisan sekalipun. Kumpul dan simpanlah tulisan itu di blog anda dan suatu saat sudah menghasilkan banyak tulisan diterbitkan menjadi buku.

Menjadi seorang penulis tidak selamanya harus menghabiskan sebagian besar waktu yang ada. Kita dapat menggunakan waktu untuk menjalankan profesi lain yang bisa mendatangkan  penghasilan, namun bisa menggunakan sisa waktu untuk mengisi hobby dengan menulis.

Menghasilkan sebuah karya yang dibukukan, selain dapat mempublikasi diri juga kita akan mendapat pasif income. Pasalnya setiap penerbitan, bisanya akan memberikan royalty sekitar 10 persen bagi sang penulis, dibayar setiap enam bulan sekali sesuai jumlah buku yang terjual.

Tuan dan puan, tahukah anda kenapa kebanyakan orang yang sudah pensiun sering ngotot menjadi penulis? Pertama karena mereka ingin menjaga kesehatan dan tidak tidak mau jadi orang pikun. Kedua menulis adalah ladang dan sumber penghasilan, karena profesi menulis tidak dibatasi oleh usia.

Boleh percaya dan boleh tidak, belum pernah tercatat dalam sejarah ada kata “pensiun” bagi seorang penulis. Bahkan ada sejumlah orang yang bisa menulis sampai akhir hayat mereka. Masih banyak lagi manfaat dari menulis, silahkan dibuktikan sendiri tuan dan puan.(*)

Monday 29 December 2014

Revolusi Menulis II



Jadi Blogger itu Bagian Dari Publikasi Diri  

ilustrasi
Bila dibanding dengan bangsa lain, budaya menulis di negeri tercinta ini boleh dikata masih amat sangat rendah. Hal ini bisa terlihat dari judul buku yang diterbitkan setiap tahun. Tuan dan puan, baru saja Beta mengunjungi http://news.kompas.com/) dan menemukan sebuah lapaoran yang cukup mengagetkan tentang jumlah terbitan buku di Indonesia yang tergolong rendah setiap tahun.


Menurut laporan tersebut, jumlah terbitan buku di Indonesia tidak sampai 18.000 judul buku per tahun. Jumlah ini lebih rendah dibandingkan Jepang. yang mencapai 40.000 judul buku per tahun, India 60.000, dan China sekitar 140.000 judul buku per tahun. Tentunya tuan dan puan sudah bisa membayangkan seperti apa budaya menulis kita?


Ini memang hanya sebuah mimpi. Hanya mimpi untuk menulis. Beta yakin suatu hari kelak, kehebatan orang Indonesia untuk menerbitkan banyak judul buku tidak dengan Amerika. Impian itu tampaknya tidak jauh dan bukan sesuatu yang mustahil. Potensi itu bisa terlihat dari rajinnya orang anak – anak muda dan para orang tua. Paling tidak banyak orang yang rajin mengirim dan membalas SMS setiap hari.

Seorang sahabat karib yang berprofesi sebagai petani adalah salah satu orang Indonesia yang memiliki kemauan untuk menulis. Sebuah langkah kecil yang telah ditempub adalah membuat akun blogspot gratis.  Semula akun blog miliknya hanya diisi dengan berbagai gambar yang diabadikan sewaktu mengolah lahan. Dari gambar, sang petani blogger itupun kini sudah mulai dan berani untuk menulis tentang dunia pertanian.  berbagai langkah telah dilakukan untuk mulai menulis.

Ada pengalaman unik lainnya tentang semangat menulis ini. Kobaran semangat mereka untuk menulis pun lambat laun akan memudar dan kembali menyala bak disambar bensin tatkala akan bertemu di waktu lain. Jangankan untuk menulis dan menerbitkan sebuah buku, sebuah artikel untuk diposting ke blog pribadi saja susahnya minta ampun. Mereka, dari dahulu sampai sekarang semangatnya selalu berkobar – kobar menulis dan bisa menerbitkan buku. Namun itu hanya sebatas semangat saja.  

Beta pun kemudian bertanya pada suatu ketika, “Kenapa demikan?” Dan sebagai seorang sahabat yang baik, tentunya ingin membantu mereka walau hanya sebatas support.  Pertanyaan dan jawaban yang setiap kali akan menghiasi diskusi kami tentang menulis. Rasanya membuat bulu kuduk merinding dan senyum simpul akan mengembang setiap saat mendengar jawaban mereka. Tak jarang pula Beta akan berkata sendiri dalam hati, “ Ah…alasan klasik. Sudah basi!”


Kenapa Beta bilang alasan klasik dan sudah basi? Karena memang alasan merupakan penghambat yang dapat menggagalkan niat seseorang untuk menulis. Semantara kalau mau dilihat lebih jauh, mereka telah menghabiskan paling tidak 12 jam untuk berbicara. Tapi hanya meluangkan 30 menit dalam sehari untuk menulis tidak bisa.

Maka alasan – alasan hanya karena hal sepela untuk tidak menulis adalah sesuatu yang tidak bisa diterima dengan akal sehat. Paling itu itu menurut Beta, entah seperti apa menurut tuan dan puan? Tapi mungkin alasan – alasan sepele itu sangat besar dampaknya sehingga menghambat niat mereka untuk menulis.

Ada sejumlah alasan klasik yang sering kita temui sebelum kita memulai menulis. Alasan – alasan yang menghambat kita untuk menulis itu antara lain, masalah waktu. Tidak memiliki ide untuk ditulis dan sulit memulai untuk menulis. Selain itu takut dihujat karena tulisan yang buruk dan terakhir tidak berani menulis karena tidak memiliki kemampuan tata bahasa yang bagus.

Tuan dan puan, menulis bukanlah sesuatu yang harus diprioritaskan sehingga kemudian waktu dijadikan sebagai alasan utama. Padahal kalau mau jujur, banyak sekali orang – orang yang kondisinya sangat parah. Banyak diantara mereka nyaris tidak ada waktu untuk mengurus diri sendiri karena tuntutan pekerjaan dan alasan lain tapi masih mau menulis sesuatu. Bahkan diantara mereka yang supre sibuk itu masih bisa menjadi seorang penulis hebat, paling tidak menjadi bloger.

Alasan sahabat – sahabatku yang katanya tidak punya waktu untuk menulis boleh dibilang wajar. Mereka adalah karyawan perusahaan. Ada juga yang berwira usaha sehingga tidak memiliki cukup waktu untuk menulis. Sebagai karyawan kebanyakan mereka akan berangkat pagi hari dan pulang sore bahkan sudah larut malam. Rutinitas yang selalu dan senantiasa dijalani setiap hari memang membuat mereka tidak ada waktu untuk menulis.

Tentunya tuan dan puan pernah mengalami bukan? Ketika berada di kantor kita akan disibukan dengan banyak pekerjaan, meskipun kadang juga terlibat sebuah gossip di sela – sela kesibukan. Saat pulang sampai ke rumah, sudah lelah tapi masih harus meluangkan waktu untuk keluarga.

Waktu memang musuh utama dalam hidup. Tak jarang untuk melakukan sesuatu, manusia akan merasa tidak cukup waktu. Namun menulis bukanlah prioritas, sehingga waktu menjadi alasan paling utama untuk menghambat niat menulis. Lantas kapankah kita akan memiliki waktu untuk menulis?


Lain lagi tuan dan puan yang memiliki cukup waktu untuk menulis, tapi bingung harus menulis apa dan mulai dari mana? Beta dapat memastikan, ketika sahabat – sahabatku mengatakan tidak ada ide untuk menulis adalah alasan klasik juga.

Benarkah dalam hidup ini tidak ide untuk menulis? Lalu kemana rutinitas setiap hari dari pagi sampai larut malam, hingga membuat sahabat – sahabatku itu seakan bosan sendiri dengan hidup mereka? Bukankah itu contoh konkrit ide menarik untuk ditulis? Paling tidak pengalaman sehari - hari yang membosankan itu yang ditulis. Menuliskan saja apa yang ada dalam isi kepala dan selanjutnya diposting ke blog. Hanya sebatas dan sesederhana itu saja.

Tuan dan puan, kedengaran memang gampang tapi sulit memulai. Begitu kata sahabatku yang lain. Sungguh sebuah alasan klasik yang tiada habis – habisnya bagi mereka. Tapi memang benar, persoalan ini sering kali akan dihadapi oleh seorang pemula walau tak jarang pula ada penulis senior sekalipun akan mengalaminya. 

Kalau mau ditelusuri lebih jauh penyebabnya itu sepela sebenarnya, karena kita belum menguasai materi. Kekurangan atau minim literature. Maka kita memerlukan strategi khusus untuk terus menuliskan apa saja yang terlintas dalam pikiran tanpa harus berpikir mau dikemankan. Paling tidak kita tidak menjadi seorang penulis dan editor dalam waktu yang bersamaan. Apabila sudah berhasil menuliskan ide dalam satu atau dua halaman sudah selesai baru kita edit lagi.

Ini Beta punya pengalaman tuan dan puan. Ketika memotivasi sahabatku yang adalah seorang petani untuk menjadi seorang bloger ia mengatakan, “Takut dihujat aah…petani tidak pinter bermnain kata – kata seperti wartawan.” Bener sekali tuan dan puan, kebanyakan kita sebenarnya mau menulis tapi takut dihujat.

Seorang pembaca yang kebetulan mampir ke blog kita akan berkomnetar, “Tulisan apaan sih? Ah kalau sekedar bikin tulisan kayak gini aku juga biki oooih…” ada yang lain lagi dan lebih sakit kalau dilihat komentarnya, “Tidak berbobot sama sekali. Heran sama si pemilik blog ini. Tulisan kayak gini kok diposting? Emank tidak tau malu apa?”

Tidak perlu dipikirkan. Bukankah komentar seperti itu juga sudah pernah didengar atau bahkan kita sendiri pernah melontarkannya saat membaca sebuah postingan buku? Bisa jadi juga kita pernah melakukannya saat mengunjungi sebuah toko buku dan kemudian kita mengontari seorang penulis yang sudah berhasil menerbitkan sebuah buku kan?

Menulis artikel di blog saja belum bisa tapi beraninya mengomentari sebuah buku yang sudah melalui berbagai tahapan dan lulus sensor sampai bisa diterbitkan. Jadi kalau dulu hanya bisa komentar maka sekarang sudah saatnya untuk memulai dan menerima hujatan demi hujatan agar lebih baik.  Heheheh tenang coy…

Ketika belum bisa menulis sebuah artikel paling tidak di blog pribadi, tentunya  kita akan menjadi seorang kritikus hebat yang melontarkan hujatan demikian. Namun seiring perjalanan sang waktu yang kita selalu keluhkan karena kekurangan itu kita akan sadar. Kesadaran kita akan lahir bahwa tulisan apapun, tema apapun atau artikel dan cara penulisannya seperti apapun kalau sudah berhasil diterbitkan oleh seorang bloger itu adalah sebuah karya. Karya yang harus dihargai paling tidak kita sendiri karena kita tahu sudah melalui berbagai proses hingga tuntas.

Tuan dan puan mungkin bisa membayangkan, seorang petani yang setiap hari berusan dengan cangkul. Lumpur dan hama tanaman, belum tentu memiliki tata bahasa yang bagus untuk menuliskan ilmu pertaniannya. Tidak perlu membayangkan yang muluk – muluk agar artikel yang kita tulis itu sebagus penulis kelas atas.

Tidak perlu juga menggunakan bahasa yang keren kalau kita sendiri tidak tau maknanya. Kita adalah orang Indonesia, gunakan saja bahasa yang sederha dan mudah dipahami. Layaknya bahasa sehari – hari seorang petani di kebun. Kalau seorang petani bisa menulis di artikel tentang ilmu pertanian, kemudian menjadi bloger sekaligus mempublikasikan diri sendiri, kenapa kita yang lain tidak bisa?


Saat menulis sebuah artikel, dan mempostingkan ke blog otomatis sudah menjalan tugas jurnalistik. Maka disaat menjadi bloger, dengan sendirinya seseorang sudah menjadi wartwan. Sekali lagi bloger adalah wartawan yang telah melakukan sebuah revolusi menulis di Indonesia. (*)