AKSI pembakaran hutan oleh oknum yang tidak
bertanggung jawab membuat Yohanis Elo Kaka prihatin. Pria berusia 42 tahun yang
juga seorang pencinta lingkungan hidup ini terpanggil untuk mengatasi masalah
ini.
Yohanis Elo Kaka |
Sehari – hari Yohanis Elo Kaka menekuni bidang penangkaran
atau pembibitan berbagai anakan pohon untuk perkebunan dan kehutanan.
Beranjak dari keprihatinan dan sebuah cita-cita sederhana
yakni ingin melihat Pulau Sumba, khususnya Sumba Timur, salah satu daerah
terselatan di Indonesia ini menjadi hijau. Pasalnya, alam dan hutan Kabupaten
Sumba Timur kian hari kian rusak. Atas alasan inilah, dirinya bergerak untuk
melakukan pembibitan berbagai anakan pohon atau tanaman umur panjang.
Dalam wawancara eksklusif dengan wartawan Pos Kupang, John Taena, lelaki yang telah berhasil menangkar ribuan bahkan jutaan anakan pohon ini menjelaskan, dirinya ingin mengisi sisa hidupnya dengan gerakan menabung pohon demi masa depan anak cucu. Berikut petikan wawancaranya.
Bagaimana Anda melihat kondisi lingkungan Sumba Timur?
Dalam wawancara eksklusif dengan wartawan Pos Kupang, John Taena, lelaki yang telah berhasil menangkar ribuan bahkan jutaan anakan pohon ini menjelaskan, dirinya ingin mengisi sisa hidupnya dengan gerakan menabung pohon demi masa depan anak cucu. Berikut petikan wawancaranya.
Bagaimana Anda melihat kondisi lingkungan Sumba Timur?
Saya tidak memiliki basik tentang ilmu pertanian atau
kehutanan. Saya hanya tamatan sekolah menengah atas (SMA) jurusan IPS dari SMA
Negeri 1 Waingapu pada tahun 1990. Saya juga tidak punya referensi yang cukup
untuk berbicara lebih luas tentang lingkungan hidup secara regional. Tapi kalau
untuk Sumba Timur, sudah hampir tidak ada lagi hutan yang bisa melindungi alam
dari erosi sewaktu-waktu.
Saya hanya merasa prihatin dengan kondisi lingkungan yang
setiap hari terus bertambah rusak. Ketakutan saya, jangan sampai suatu saat
nanti, alam dan ekosistem yang semula diciptakan Tuhan sangat indah akan
menjadi rusak total. Kalau sudah demikian, kita sebagai manusia juga bukan
tidak mungkin akan ikut punah.
Menurut Anda, di mana letak persoalan yang menyebabkan
terjadinya kerusakan lingkungan di daerah ini?
Penyebab terjadinya kerusakan hutan di Kabupaten Sumba Timur
selama ini adalah perilaku oknum. Pertama, pembakaran liar yang dilakukan oleh
oknum-oknum tidak bertanggung jawab. Mengapa orang mau melakukan pembakaran
hutan pada musim kemarau, itu karena tidak memiliki kesadaran untuk menjaga dan
melestarikan lingkungan.
Ada juga yang melakukan karena terpaksa untuk
mempertahankan hidup dan itu biasanya dilakukan ketika para petani
mengalami gagal panen. Biasanya hutan dibakar untuk memudahkan proses pencarian
iwi (ubi) hutan sebagai cadangan makanan. Kedua, pola pertanian yang bersifat
tradisional dan selalu berpindah – pindah lokasi. Setiap kali membuka lahan
baru, biasanya para petani melakukan penebangan hutan dan kemudian dibakar
untuk digarap menjadi lahan pertanian. Pola pertanian seperti ini yang perlu
diubah dengan meningkatkan wawasan dan sumber daya manusia para petani
setempat.
Ketiga, pola peternakan yang dilakukan selama ini juga masih
bersifat tradisional. Para pemilik dan penggembala ternak biasa melakukan aksi
pembakaran padang serta hutan. Mengapa mereka melakukan pembakaran? Sangat
sederhana, yakni untuk merangsang pertumbuhunan tunas-tunas rumput yang hijau
untuk dijadikan pakan ternak. Dampak negatif dari perilaku yang salah seperti
ini adalah rusaknya lingkungan. Akibatnya anak cucu kita yang akan menanggung
risiko dari kerusakan lingkungan yang terjadi selama ini.
Maksudnya?
Ya, kalau kebiasaan-kebiasaan buruk seperti ini terus
dipelihara dan tidak diminimalisir, maka manusia sebagai makhluk yang paling
sempurna di dunia ini juga akan punah. Bagaimana manusia mau bertahan hidup di
bumi kalau suhu panas terus meningkat dari waktu ke waktu karena tidak ada lagi
pohon atau ruang terbuka hijau?
Meskipun manusia sebagai makhluk paling sempurna, kita juga
butuh pohon dan hutan. Kita tidak mungkin bisa hidup lebih lama kalau
alam terus bertambah rusak dari waktu ke waktu. Di Kabupaten Sumba Timur, luas
hutan terus berkurang dari waktu ke waktu. Bukan tidak mungkin suatu saat nanti
daerah ini sudah tidak memiliki hutan lagi.
Apa barometer untuk mengukur tingkat kerusakan lingkungan di
Sumba Timur dan mengapa Anda harus prihatin dengan kondisi ini?
Sebagai seorang pencinta lingkungan dan tanaman, saya
melihatnya dengan cara yang sangat sederhana. Dulu antara tahun 1970-an hingga
akhir 1980-an, kita masih sering melihat pohon-pohon besar. Banyak pohon yang
tumbuh dan hidup di hutan – hutan.
Pohon cendana bukan hanya tumbuh di Pulau Timor, tapi di
Sumba juga ada dan itu adalah salah satu jenis tanaman hutan yang menjadi
kebanggaan orang Sumba. Curah hujan juga stabil dan tidak terlalu banyak
daerah yang mengeluh kekeringan atau kekurangan air bersih. Kalau kita bandingkan
dengan realitas yang terjadi sekarang, semuanya itu sudah tidak ada lagi.
Bagaimana dengan daerah ini?
Lingkungan dan alam Pulau Sumba sudah tidak bersahabat lagi
karena semuanya telah rusak. Udara yang dahulunya tidak terlalu panas dan sejuk
sekarang berubah drastis dan sangat ekstrem. Kekeringan panjang dan bencana
kelaparan terjadi di mana-mana.
Setiap tahun para petani selalu gagal panen karena curah
hujan yang tidak menentu dan cuaca ekstrem. Isu pemanasan global sudah menjadi
rahasia umum. Seharusnya luas hutan yang dimiliki oleh sebuah kabupaten itu
minimal 30 persen dari total luas wilayah yang dimiliki.
Sumba Timur adalah salah satu daerah yang paling luas di
Propinsi NTT dengan wilayah teritorial seluas kurang lebih 7000,5 km². Dari
total wilayah teritorial tersebut, luas hutan yang dimiliki enam persen.
Sementara kawasan hutan yang dimiliki 261.466,34 hektar dari total wilayah
teritorial seluas 7000,5 km².
Alasan- alasan inilah yang membuat saya prihatin. Saya merasa
terpanggil untuk bergerak di bidang lingkungan hidup, dengan memanfaatkan
tenaga yang ada selama sisa hidup ini sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Beranjak
dari situlah, kemudian saya memutuskan untuk terjun ke bidang ini sejak tahun
2005 lalu.
Bukan hanya melihat peluang bisnis, dari usaha pembibitan
anakan dari berbagai jenis tanaman umur panjang, baik itu untuk pertanian
maupun kehutanan. Melalui usaha seperti ini, sebagai orang Sumba, saya juga
ingin menabung pohon untuk anak cucu dan generasi muda di daerah ini.
Siapa saja yang bertanggung jawab atas upaya pelestarian
lingkungan hidup?
Semua pihak mempunyai tanggung jawab yang sama sesuai dengan
potensinya masing-masing. Masalah kerusakan lingkungan bukan hanya menjadi
tanggung jawab pemerintah ataupun lembaga donor dari luar. Pemerintah dan
lembaga donor dari luar bekerja dengan cara dan kemampuan yang dimilikinya.
Sementara kita sebagai warga daerah ini harus memiliki
kesadaran. Merawat dan memelihara lingkungan alam sekitar adalah tanggung jawab
kita semua sebagai manusia. Setiap warga di daerah ini, baik petani, pengusaha,
pemerintah dan legislatif mempunyai tanggung jawab yang sama dalam upaya
melestarikan lingkungan dan segala isinya.
Sekarang sudah saatnya, kebiasaan-kebiasaan buruk selama ini
ditinggalkan untuk tidak merusak lingkungan lagi. Kita dapat melakukan segala
sesuatu sesuai kemampuan dan potensi yang kita miliki. Sejak tahun 2005 hingga
saat ini saya menjalin kemitraan dengan pemerintah. Pemerintah yang memiliki
program penghijauan seperti Gerhan dan reboisasi.
Sebagai seorang pencinta lingkungan hidup yang bergerak di
bidang pembibitan, tanaman perkebunan dan kehutanan apa saja yang telah Anda
lakukan sejak tahun 2005 hingga saat ini?
Terus terang saya bukan orang yang memiliki disiplin ilmu di
bidang pertanian, perkebunan ataupun kehutanan dari bangku pendidikan tinggi.
Saya adalah anak petani, jadi mungkin karena itu saya tertarik dan mencintai
tanaman sehingga memotivasi saya untuk bergerak di bidang pembibitan.
Setiap tahun rata-rata saya bisa menangkar 500 hingga 600
ribu anakan pohon dan kemudian dilempar ke pasar. Pihak pemerintah dan swasta
lewat berbagai program penghijauan yang dilaksanakan baik di bidang pertanian
maupun kehutanan yang biasanya memanfaatkan anakan pohon dari lokasi
penangkaran saya selama ini.
Usaha pembibitan anakan ini tidak semata-mata untuk
dikomersilkan. Selama ini kalau ada kegiatan yang sifatnya untuk penghijauan,
kadang-kadang tidak dipungut biaya dari anakan diambil. Syaratnya adalah setiap
anakan yang diambil dari penangkaran harus ditanam dan dirawat hingga tumbuh
dan tidak boleh dijual lagi.
Jikalau sudah demikian, kita pantau sejauh mana tingkat
keberhasilanya. Karena tujuan dari semua ini adalah untuk penghijuan lingkungan
dan pelestarian hutan di Sumba Timur ini.
Berdasarkan pengalaman Anda selama ini, pohon atau tanaman
unggulan lokal apa saja yang biasanya dikembangkan untuk penghijauan di Pulau
Sumba?
Tanaman adalah makhluk hidup yang memiliki nyawa. Sebagai
makhluk hidup, setiap tanaman butuh perlakuan khusus. Kita harus melakukannya
dengan sepenuh hati. Perlakuan terhadap setiap tanaman itu berbeda-beda sesuai
sifatnya.
Katakanlah, perlakuan bagi tanaman keras akan berbeda dengan tanaman
yang lain. Biasanya untuk tanaman keras disemaikan terlebih dahulu hingga
berkecambah baru dipindahkan ke polibag. Sementara jenis tanaman yang lain
langsung dimasukkan ke dalam polibag yang sudah dicampur tanah dan pupuk
kandang.
Sebagai makhluk hidup, tanaman akan berbicara kepada manusia
kapan tanaman itu membutuhkan pasokan pakan dan air. Jadi kita perlu memiliki
kepekaan untuk memahami bahasa dari tanaman agar bisa diperlakukan sesuai
kebutuhannya sehingga dapat bertumbuh dan memberikan hasil sesuai yang
diinginkan.
Berdasarkan pengalaman yang terjadi di lapangan, sekalipun orang tersebut adalah jebolan dari universitas atau tepatnya sarjana pertanian maupun kehutanan. Jadi tidak semua orang bisa menyemaikan tanaman atau pembibitan anakan dari berbagai jenis pohon untuk keperluan penghijaun.
Butuh orang- orang khusus yang memahami dan menjiwai tanaman.
Selama ini yang saya semaikan, antara lain, Kaduru, Lubung, Inji Watu. Jati,
Mahoni, Gamalina, Kadimbil, Kiru, Kelapa, Mete, Kakao, Pinang, Kopi dan
Kemiri.*
Tabungan untuk Anak Cucu
SEJAK tahun 2005 hingga sekarang, Yohanis Elo Kaka (42) melirik
usaha pembibitan baik tanaman perkebunan maupun kehutanan. Usaha penangkaran
berbagai jenis anakan pohon seperti Kaduru, Lubung, Inji Watu. Jati, Mahoni,
Gamelina, Kadimbil, Kiru, Kelapa, Mente, Kakao, Pinang, Kopi dan Kemiri
bertujuan untuk penghijauan.
Hal ini sebagai bentuk partisipasi keikutsertaannya dalam
mengampanyekan isu pemanasan global. Sebagai seorang pencinta lingkungan hidup,
kegiatan yang dilakoninya tidak semata-mata untuk mengejar keuntungan.
Rata-rata 500 hingga 600 ribu anakan berhasil dikembangkan dan dilempar ke
pasaran.
Ribuan bahkan jutaan anakan pohon yang disemaikan selama ini belum juga mampu memenuhi permintaan pasar. "Permintaan anakan cukup tinggi selama ini. Setiap tahun permintaan pasar terus meningkat seiring dengan berbagai program penghijauan yang dicanangkan oleh pemerintah," kata ayah enam orang anak ini.
Setiap tahun, permintaan akan anakan pohon baik itu tanaman
perkebunan maupun kehutanan terus meningkat. Namun hingga saat ini belum
terlalu banyak orang yang berminat ke bidang tersebut. Lewat usaha yang
ditekuni selama ini, John Elo, demikian sapaan akrabnya, ingin mengajak warga
setempat untuk mulai mencintai lingkungan dengan menanam pohon.
Selain itu, lewat menanam pohon, setiap orang bisa menabung
untuk masa depan anak cucu mereka. "Kita menanam pohon itu juga bagian
dari tabungan bagi anak cucu kita. Bagi segenap orang Sumba, khususnya
Kabupaten Sumba Timur, mari kita menjaga dan melestarikan lingkungan dengan
menanam pohon untuk penghijauan," imbaunya.
Pasalnya, setiap pohon yang berhasil ditanam dan terus hidup
akan memiliki manfaat yang cukup besar bagi banyak orang. Selain itu, sebagai
orang yang menanam atau menyemaikan anakan pohon, dirinya akan mendapatkan
banyak manfaat. Manfaat-manfaat tersebut anatara lain meningkatkan ekonomi
keluarga. Selain itu memiliki nilai dan kesan tersendiri yang tidak bisa
digambarkan yakni kepuasan batin. "Manfaat yang tidak ternilai itu adalah
kepuasan batin yang tidak bisa dinilai dengan uang," tandasnya. (jet)
http://kupang.tribunnews.com/2012/04/23/lestarikan-lingkungan-dengan-menanam-pohon
No comments:
Post a Comment