Bloger Adalah Wartawan
ilustrasi |
Pernahkah
terlintas dalam pikiran tuan dan puan kalau bloger adalah wartawan? Mungkin
pernah, dan mungkin juga tidak. Sama halnya dengan Beta, sebelumnya tidak
pernah terlintas sama sekali.
Di penghujung tahun
ini, Minggu (28/12/2014), tepatnya pukul 15.00 Wita, spontan pikiran itu
terlintas dalam pikiran saat menyentuh huruf “B” di atas tuts laptop. Itu
sebabnya tulisan “Bloger Adalah Wartawan” sengaja disajikan kepada
pembaca.
Tuan dan puan, tidak
selamanya harus menjadi seorang kontributor Harian Kompas dan Jawa Pos, baru
disebut kita sebagai wartawan. Tidak selamanya pula harus menjadi seorang
reporter MetroTv, TvOne atau Radio KBR baru anda layak menyandang gelar jurnalis.
Tidak selamanya harus demikian.
Kegiatan seorang
jurnalis biasanya tidak jauh dari aktivitas tulis menulis. Nyaris 1 x 24 dan 16
bulan setahun, para pewarta akan menghabiskan waktunya untuk melakukan
pekerjaan mereka yang identik dengan bahasa tulisan. Hakikatnya adalah untuk
memuaskan hasrat khalayak umum akan informasi public lewat tulisan.
Ketika memutuskan untuk
menulis sesuatu yang layak dibaca khalayak melalui media apapun, di saat
itupula seseorang telah memproklamirkan diri sebagai journalis. Begitupun
dengan bloger. Meskipun hanya sekedar menyalurkan hobby dengan memposting
tulisannya lewat blog, seorang bloger juga telah menjalankan tugas pewartaan.
Tugas seorang jurnalis
tidak beda jauh dngan seorang bloger. Keduanya menulis dan wartakan informasi
untuk dibaca dan diketahui public. Maka dapat boleh dikata bloger adalah
wartawan, namun tidak semua wartawan adalah bloger.
Karya seorang bloger
jauh lebih mulia dan original dibanding seorang jurnalis. Tulisan dan karya
seorang bloger jauh lebih natural dan kaya dibanding seorang jurnalis. Bloger
menulis dan mempublikasikan segala sesuatu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
tanpa pamrih.
Berbeda dengan seorang
pekerja media masa yang disebut dengan jurnalis. Mereka menulis untuk memenuhi
tuntutan kampung tengah. Jurnalis menulis untuk menyambung hidup, sementara
bloger tidak demikian.
Memang tulisan seorang
jurnalis akan jauh berbeda dan enak dibaca ketimbang tulisan bloger, apa lagi
yang baru mau memulai untuk menulis. Namun tulisan seorang bloger jauh lebih
natural dibanding seorang jurnalis media cetak maupun elektorik.
Karya seorang jurnalis
senior sekalipun dijamin pasti akan melalui proses editing oleh editor. Sementara karya
dan tulisan seorang bloger, hampir dapat dipastikan tidak melalui proses
demikian. Itu sebabnya kebanyakan tulisan seorang jurnalis yang sudah
diterbitkan oleh media tempatnya bekerja, akan berbeda dan nyaris jauh lebih
menarik dibaca ketimbang tulisan seorang bloger apalagi pemula. Namun pada hakikatnya, bloger dan jurnalis sama – sama
menyajikan irformasi kepada public.
***
Kapan seorang bloger disebut sebagai pewarta yang tidak kalah jauh dengan jurnalis? Jawabannya adalah ketika seseorang menghasilkan sebuah tulisan, kemudian dipublikasikan lewat blog pribadinya, saat itulah ia telah menjalan tugas jurnalistik.
Tuan dan puan, bloger
adalah wartawan sejati. Alasanya tulisan dan hasil karya seorang bloger
biasanya lebih cenderung untuk mengejar kepuasan bathin. Hal ini tentu sedikit
berbeda dengan karya seorang jurnalis, yang bekerja pada perusahaan media.
Kebanyakan jurnalis melakukan tugasnya untuk memenuhi tuntutan kampung tengah.
Beta dapat memastikan
saat menulis, seorang jurnalis melakukannya dalam tekanan yakni deadline.
Nyaris saat menyajikan tulisan kepada pembacanya, seorang jurnalis menjalankan
tugas liputan yang sudah diputuskan dalam rapat redaksi setiap pagi. Hasil
karya jurnalis yang kadang bertolak belakang dengan orientasi perusahaan tak
jarang akan “disembunyikan” dari khalayak umum.
Karya pekerja
perusahaan media masa yang lebih keren disebut dengan “kuli tinta” hampir dapat
dipastikan, lebih cenderung berorientasi pada material. Kalau tidak menulis
maka kampung tengah tidak lagi terisi. Akibatnya, tak jarang pula seorang
jurnalis akan dilanda strees ketika sebuah tulisan yang dibuat untuk mendapat
kepuasan bathin tidak diterbitkan. Jauh berbeda dengan bloger, menulis dan
menyajikan informasi tanpa mengharapkan imbalan.
“Kaya harta sudah biasa namun kaya akan karya baru luar biasa.”
Mungkin tuan dan puan pernah mendengar ungkapan bijak yang satu ini. Seorang bloger akan lebih tenang hidupnya karena sudah berkontribusi untuk kehidupan
bangsa ini. Ikut ambil bagian menjadi pewarta sama halnya para jurnalis yang
mencintai aktivitas tulis menulis.
Di saat kebanyakan anak
bangsa malas menulis, para bloger terus melakukan aktivitas tulis menulis.
Mereka telah berkontribusi untuk mencerdaskan kehidupan berbangsa dan
bernegara. Sadar atau tidak, para bloger telah mendengungkan revolusi menulis
di negeri ini, tuan dan puan.
Harus diakui, hingga
saat ini masih banyak kita anak – anak negeri yang masih kurang piawai dalam
mencurahkan perasaan, ide dan pikiran lewat tulisan. Bukan hanya orang muda,
hal serupa juga terjadi dengan para orang tua dan semua kita masuk dalam
kategori malas. Kebanyakan kita orang Indonesia, lebih suka dengan budaya bahasa lisan dan bukan tulisan.
Beta jadi teringat
seorang teman lama yang sudah dikenal sejak beberapa tahun silam. Sebuah
pengalaman yang hingga saat ini masih terus menghantui pikiran ini. Sang teman
lama itu dari dulu sampai sekarang belum berubah. Dia termasuk salah satu dari
sekian banyak anak negeri yang masuk kategori malas menulis.
Kamis (25/12/2014) yang
lalu, sebagai seorang nasrani kami telah merayakan hari raya natal. Kebetulan
teman lama itu tinggal di luar negeri sehingga tidak bisa dikunjungi untuk
bersilaturahmi. Lewat sebuah pesan singkat, Beta mengirimkan ucapan selamat
hari raya natal.
Selama kurang lebih 10
tahun berteman sejak masih di bangku kuliah, kebiasan buruknya itupun tidak
pernah hilang. Bayangkan, sekian lama berteman, selama itu pula tidak pernah satu SMS dibalasnya. Alasanya tombol angka dan huruf diponsel terlalu kecil untuk jari
– jarinya.
Tangannya tergolong
cukup besar dan bobot tubuh yang dimiliki hampir 100 kg. Maka lebih mudah untuk
menelpon ketimbang harus mengetik satu layar SMS di ponselnya. Mungkin benar
dan mungkin juga tidak. Tapi ini alasan dan salah satu contoh kemalasan menulis
yang dimiliki oleh manusia modern.
Meskipun menulis di
blog hanya paruh waktu namun menjadi seorang bloger, tuan dan puan jauh lebih baik dari siapapun.
Paling tidak di saat sebagian besar warga Negara ini dikategorikan sebagai
orang malas, para bloger telah membantu seorang penulis buku handal yang
ternama dan para pekerja media masa untuk membangkitkan semangat menulis.
Para bloger telah
berkarya untuk generasi kini dan yang akan datang. Lalu apa yang sudah anda
lakukan untuk bangsa ini tuan dan puan? Apakah hanya akan mengisi sisa – sisa
hidup dengan bekerja sepanjang hari hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga?
Sebagai manusia modern,
kabanyakan kita hanya hanya berkontribusi untuk diri sendiri dan keluarga.
Jangankan untuk bangsa dan Negara, berkontribusi untuk masyarakat sekitar,
lingkungan terkadat yakni tetangga saja terkadang kita tidak melakukan apapun.
Tuan dan puan, mungkin
saat ini anda sedang memikirkan bagaimana caranya untuk berkontribusi kepada
generasi kini dan mendatang. Lantas apa yang harus dilakukan agar dikenang?
Jawabannya adalah menulis. Kalau anda belum dapat melakukan sesuatu yang layak
untuk dicatat, maka sekarang sudah saatnya untuk menulis. Menuliskan sesuatu
yang layak dibaca.
Mari bergandengan
tangan bersama para bloger, kita mulai menulis apa saja tanpa harus memikirkan
apa dampak yang bakal kita peroleh dari kegiatan ini. Pasalnya ilmu pengetahuan
dan keahlian yang dimiliki saat ini tidak akan pernah memberikan manfaat jangka
panjang kalau tidak bisa diabadikan lewat tulisan.
Lewat sebuah tulisan
yang dibuat, tuan dan puan sekalian akan mendapat dua hal dalam waktu yang
bersamaan. Membagikan manfaat kepada public saat ini sekaligus mewariskan ilmu
kepada generasi yang akan datang.
Percaya
atau tidak setiap tulisan merupakan warisan paling berharag yang dapat
diwariskan secara turun temurun bagi anak cucu. Setiap kata akan terus berlalu,
namun setiap tulisan akan tetap bertahan dan tidak pernah lekang oleh waktu.
Silahkan menelusuri
kembali sejarah perjalana manusia sejak dahulu hingg kini, untuk membuktikan
apa yang tersisa dari masa lalu. Apa saja warisan nenek moyang kita yang masih
ada sampai saat ini? Tiada yang lain kecuali wujud fisik berupa bangunan dan
tulis – tulisan yang akan kita temukan. Sekali lagi tuan dan puan, bloger
adalah wartawan yang telah mengengungkan revolusi menulis di tanah air. (bersambung)
No comments:
Post a Comment