POS KUPANG/JOHN TAENA
Nona Umbu Sogara
|
POS KUPANG.COM -- Jika Anda ingin berbahagia selama satu jam, silakan
tidur siang. Jika Anda ingin berbahagia selama satu hari, pergilah berpiknik.
Bila Anda ingin berbahagia seminggu, pergilah berlibur.
Bila Anda ingin berbahagia selama
sebulan, menikahlah. Bila Anda ingin berbahagia selama setahun, warisilah
kekayaan. Jika Anda ingin berbahagia seumur hidup, cintailah pekerjaan.
Demikian sepenggal kalimat dari
orang bijak yang selalu dipegang oleh sejumlah ibu rumah tangga (IRT) di RT
15/RW 03, Kelurahan Prailiu, Kecamatan Kambera, Sumba Timur. Kaum hawa di
kelurahan ini merasa terpanggil untuk menjadi penggerak tanaman (sayur)
organik. Selain untuk memenuhi kebutuhan sendiri, juga untuk menopang ekonomi
rumah tangga menyekolah anak.
Salah satu penggeraknya Nona Umbu
Sogara (39). Hawa kelahiran Ngambadeta, Sumba Barat Daya, 6 Juli 1976, ini
tidak ingin berpangku tangan seperti layaknya para ibu rumah tangga pada
umumnya. Setiap waktu senggang, pagi dan sore, dimanfaatkan Nona Umbu Sogara
untuk membudidayakan tanaman sayur organik.
"Awalnya kita hanya iseng
untuk belajar pertanian organik. Saya dan beberapa orang teman, sesama ibu
rumah tangga, memanfaatkan lapangan bola ini untuk tanam sayur. Waktu itu, pertama
kali kita tanam, untuk makan sendiri," kisah salah satu anggota Kelompok
Tani Organik Pahammu, Ndumaluri, Kalu, Kelurahan Prailiu, Kecamatan Kambera,
ini.
Seiring perjalanan waktu, usaha
sayuran organik yang digeluti oleh para anggota kelompok tani ini mendapat
apresiasi dari masyarakat. Permintaan pasar dari waktu ke waktu terus meningkat
dari berbagai kalangan.
"Karena permintaan pasar
cukup banyak, kami termotivasi untuk terus membudidayakan tanaman sayur
organik. Hasilnya cukup memuaskan," terang ibu rumah tangga yang akrab
disapa Mama Resti ini.
Aneka sayuran organik yang
dibudidayakan oleh para anggota kelompok tani tersebut, antara lain tomat,
paria, kol dan bunga kol, terong, pak coy atau sawi putih, ketimun dan
sejumlah tanaman umur pendek lainnya. Rata-rata penghasilan dari setiap kali
musim panen berkisar empat hingga lima juta rupiah perorang.
"Hasilnya, selain untuk
makan, kami juga bisa pakai untuk biaya pendidikan anak-anak. Kalau kol dan
bunga kol itu biasa setiap tiga bulan baru panen. Satu pohon sayur kol dan
bunga kami jual Rp 15.000. Saya punya ada 2.500 pohon," tuturnya.
Dia menjelaskan, para anggota
kelompok tani sayuran organik di Prailiu ingin memperluas usaha, namun
terkendala kekurangan modal.
"Lahan yang kami tanam ini
hampir satu hektar. Kami bagi-bagi, ada yang tanam sayur kol dan bunga. Ada
yang tanam tomat, paria, kol dan bunga kol, terong, pak coy atau sawi putih dan
ketimun. Jadi kalau pembeli datang mau belanja, kita tidak saling
rebut," tandas Nona Sogara.
Dia menambahkan, selain belajar
pola pertanian organik, para anggota kelompok tani juga belajar manajemen
organisasi pemasaran. Tujuannya agar para ibu rumah tangga pembudidaya sayuran
organik tidak dikorbankan. "Selama ini kami tidak pernah pergi jual di
pasar, pembeli yang datang dan langsung ambil di kebun. Kami yang atur dan
tentukan harga jualnya," pungkasnya. (john taena)
No comments:
Post a Comment