Tuesday 9 December 2014

Nona Umbu Sogara Awalnya Iseng

POS KUPANG/JOHN TAENA
Nona Umbu Sogara
POS KUPANG.COM -- Jika Anda ingin berbahagia selama satu jam, silakan tidur siang. Jika Anda ingin berbahagia selama satu hari, pergilah berpiknik. Bila Anda ingin berbahagia seminggu, pergilah berlibur.
Bila Anda ingin berbahagia selama sebulan, menikahlah. Bila Anda ingin berbahagia selama setahun, warisilah kekayaan. Jika Anda ingin berbahagia seumur hidup, cintailah pekerjaan.
Demikian sepenggal kalimat dari orang bijak yang selalu dipegang oleh sejumlah ibu rumah tangga (IRT) di RT 15/RW 03, Kelurahan Prailiu, Kecamatan Kambera, Sumba Timur. Kaum hawa di kelurahan ini  merasa terpanggil untuk menjadi penggerak tanaman (sayur) organik. Selain untuk memenuhi kebutuhan sendiri, juga untuk menopang ekonomi rumah tangga menyekolah anak.
Salah satu penggeraknya Nona Umbu Sogara (39). Hawa kelahiran Ngambadeta, Sumba Barat Daya, 6 Juli 1976, ini tidak ingin berpangku tangan seperti layaknya para ibu rumah tangga pada umumnya. Setiap waktu senggang, pagi dan sore, dimanfaatkan Nona Umbu Sogara untuk membudidayakan tanaman sayur organik.
"Awalnya kita hanya iseng untuk belajar pertanian organik. Saya dan beberapa orang teman, sesama ibu rumah tangga, memanfaatkan lapangan bola ini untuk tanam sayur. Waktu itu, pertama kali kita tanam, untuk makan sendiri," kisah salah satu anggota Kelompok Tani Organik Pahammu, Ndumaluri, Kalu, Kelurahan Prailiu, Kecamatan Kambera, ini.
Seiring perjalanan waktu, usaha sayuran organik yang digeluti oleh para anggota kelompok tani ini mendapat apresiasi dari masyarakat. Permintaan pasar dari waktu ke waktu terus meningkat dari berbagai kalangan.
"Karena permintaan pasar cukup banyak, kami termotivasi untuk terus membudidayakan tanaman sayur organik. Hasilnya cukup memuaskan," terang ibu rumah tangga yang akrab disapa Mama Resti ini.
Aneka sayuran organik yang dibudidayakan oleh para anggota kelompok tani tersebut, antara lain tomat, paria, kol dan bunga kol, terong, pak coy atau sawi putih, ketimun  dan sejumlah tanaman umur pendek lainnya. Rata-rata penghasilan dari setiap kali musim panen berkisar empat hingga lima juta rupiah perorang.
"Hasilnya, selain untuk makan, kami juga bisa pakai untuk biaya pendidikan anak-anak. Kalau kol dan bunga kol itu biasa setiap tiga bulan baru panen. Satu pohon sayur kol dan bunga kami jual Rp 15.000. Saya punya ada 2.500 pohon," tuturnya.
Dia menjelaskan, para anggota kelompok tani sayuran organik di Prailiu ingin memperluas usaha, namun terkendala kekurangan modal.
"Lahan yang kami tanam ini hampir satu hektar. Kami bagi-bagi, ada yang tanam sayur kol dan bunga. Ada yang tanam tomat, paria, kol dan bunga kol, terong, pak coy atau sawi putih dan ketimun. Jadi kalau pembeli datang mau belanja, kita tidak saling rebut,"  tandas Nona Sogara.

Dia menambahkan, selain belajar pola pertanian organik, para anggota kelompok tani juga belajar manajemen organisasi pemasaran. Tujuannya agar para ibu rumah tangga pembudidaya sayuran organik tidak dikorbankan. "Selama ini kami tidak pernah pergi jual di pasar, pembeli yang datang dan langsung ambil di kebun. Kami yang atur dan tentukan harga jualnya," pungkasnya. (john taena)

sumber : http://kupang.tribunnews.com/2014/10/06/nona-umbu-sogara-awalnya-iseng

No comments: