Showing posts with label Rumpu Rampe. Show all posts
Showing posts with label Rumpu Rampe. Show all posts

Wednesday 24 December 2014

Mungkinkah Dia Adalah Belahan Jiwaku?



Selamat menempuh hidup baru sobat
“Apakah kamu bersedia menerima dia sebagai suami atau istri?” Sebuah pertanyaan sederhana yang selalu dan senantiasa diajukan oleh imam, kepada setiap insan manusia yang hendak menerima sakramen pernikahan.

Mengapa dalam setiap Misa Pernikahan, seorang imam tidak pernah bertanya, apakah kalian saling mencintai? Bukan cinta, melainkan kehendak bebas, tekad dan keputusan atau komitmen yang seharusnya menjadi fondasi sebuah hubungan. Mungkin itu alasannya mengapa harus ada pertanyaan demikian?

Dalam hidup manusia, tidak ada yang namanya cinta sejati yang siap pakai. Belahan jiwa yang sempurna dan tanpa cacat atau cela itu sama sekali tidak ada. Selama manusia masih hidup di muka bumi ini, maka selama itu pula akan selalu ada orang yang lebih baik daripada pasangan kita. Oleh sebab itu itu yang dibutuhkan hanyalah sebuah ketegasan. Yakni, “Ya, saya mau mengasihinya dalam kerapuhannya.  Mau menjadi sempurna bersamanya dalam untung dan malang. Dalam suka maupun duka, di waktu sehat dan sakit, sampai maut memisahkan memisahkan.”

Tatkala seseorang telah memutuskan untuk menikahi orang lain, di saat itu pula sebagai manusia kita tidak akan pernah bisa tahu secara mutlak, apakah ia sungguh “jodoh saya?” Seseorang baru akan akan mengetahuinya, ketika telah memasuki masa tua dan melihat ke ke belakang.  Memandang setiap momen yang telah dijalani bersama pasangannya dalam suka maupun dukanya. Di saat itu ia akan berkata dengan tulus, “Setelah semua yang terjadi, saya bersyukur telah memilih kamu sebagai istri atau suami saya.”

Manusia menikahi manusia lain yang berbeda jenis kelamin, bukan karena ia adalah jodohnya, melainkan mereka bertekad untuk saling menjadikan pendamping hidup. Sahabat sejati hingga  maut datang untuk memisahkan. Kedengarannya sederhana dan mudah dilakukan, namuan tidak semua orang akan mampu melakukan sebuah taruhan seumur hidupnnya.



Sebagai umat kristiani, kita akan senantiasa dihadapkan pada proses pencarian seorang pribadi yang hendak menjadi pasangan hidup. Pasangan yang mau menerima kita apa adanya dan mau menghabiskan sisa – sisa nafas bersama dalam suka maupu duka hingga maut memisahkan. Namun konsep akan belahan jiwa yang demikian tentu akan menimbulkan efek negative, dan di sinilah tantangan bagi setiap umat kristiani menyikapinya.

“Pater, bagaimana saya dapat mengetahui pacara saya yang sekarang ini adalah pasangan hidup yang Tuhan siapkan bagi saya?” Masih segar dalam ingatan, pada suatu senja ketika usai melakukan pengakuan bersama seorang bapak rohani di kapela kala itu.

“Kalau relasi kita sungguh intim dengan Allah, kita mungkin bisa tahu dengan pasti (maksudnya ialah kita dapat langsung bertanya dan mendengarkan jawaban Allah secara langsung). Namun bila tidak, kita hanya bisa membaca tanda-tanda. Apakah ia setia, apakah ia orang yang baik secara moral, rajin ke Gereja, tekun bekerja? Dan untuk mengetahui segala sesuatu, kita harus selalu mendengarkan suara hati.”

Sebagai manusia, kita tidak bisa berharap Allah akan membisikan di telinga kita, “Ya, dia adalah jodohmu!”   Kita tidak pernah bisa merasa yakin secara absolut bahwa seseorang yang kita cintai memang sungguh dikehendaki Tuhan bagi kita.

Kita hanya berusaha untuk lebih mengenal kepribadianya sebagai manusia biasa. Satu hal yang perlu diutamakan adalah mengetahui apakah seseorang yang hendak kita jadikan sahbat dan pendamping itu mengutamakan Tuhan dalam hidupnya atau tidak?  Sungguhka ia berusaha menjalani hidup yang kudus dan murni?

Sebagai manusai, apakah ia memiliki karakter yang diperlukan untuk dapat menjalani hidup bersama? Apakah ia berusaha mengembangkan keutamaan, tekun berdoa dan bekerja? Setia dan rela berkorban dengan semua kelebihan dan kekurangan yang dimiliki? Bila tlah usai menimbang semuanya, dan dengan kejernihan hati serta budi, di saat itulah baru kita dapat mengambil sebuah keputusan, “Ya, saya ingin membangun keluarga dan menghabiskan seluruh hidup saya bersamanya.”

Manusia menikahi pasangannya bukan karena ia adalah jodoh kita, melainkan karena kita bertekad untuk menjadikannya pendamping hidup kita, sampai maut yang memisahkan. Dan ini merupakan sebuah taruhan seumur hidup.


****




Di luar sana, ada jodohku yang harus dicari dan ditemukan. Tak jarang banyak orang berpikir demikian. Akibatnya, pemikiran mereka terpusat untuk mendapat dan menemukan belahan jiwanya di luar sana. Mengharapkan cinta sejati kita, dengan kepercayaaan dan tanpa disadari telah melahirkan anggapan jika sang belahan jiwa akan memberikan kebahagiaan yang meniadakan kesusahan hidup.

Dalam hidup manusia, jikalau kita mengharapkan pasangan hidup yang sempuran akan melahirkan rasa tidak aman (insecure). Hal ini cenderung terjadi bila kita melihat kelemahan pasangan kita, akibatnya mungkin akan melahirkan. Pasalnya manusia dari sononya memang tidak tahan dengan godaan. Sering terganggu dengan pertanyaan, “Apakah benar dia sunggun jodoh saya? Bagaimana bila dia bukan jodoh saya? Biar tidak salah memilih jodoh, maka saya harus lebih berhati – hati karena saya tidak mau hidup dengan orang yang salah. 

Selain itu rasa cemburu juga sering tampil ke permukaan. Ini disebabkan bisa saja karena kita lebih cenderung berpikir bahwa di luar sana, akan ada pria atau wanita yang lebih baik. Ada orang lain yang lebih sempurna. Lebih cantik dan ganteng dan lebih pengertian daripada pasangan kita. Dampaknya, muncullah rasa cemburu terhadap invisible man or woman,sebuah sosok tanpa wajah yang tidak kita kenal, yang ada di luar sana, yang dapat membahayakan relasi yang sedang dibangun.

Rasa tidak aman dan cemburu seperti ini dapat berdampak negative dan pada akhirnya melemahnya rasa saling percaya di antara pasangan. Kita terlalu takut kehilangan orang yang kita cintai. Kita resah memikirkan kemungkinan bahwa bisa saja pria atau wanita yang sedang berinteraksi dengan pasangan kita, dianggap sebagai belahan jiwa yang lebih sempurna. Akibatnya, timbullah rasa curiga yang berlebihan.

Keyakinan tentang adanya soulmate malah menempatkan beban yang begitu besar ke pundak pasangan kita, karena kita memiliki keyakinan bahwa jodohku harus sempurna, ia bisa membahagiakan saya, memenuhi kebutuhan saya, tidak membuat saya menderita, dsb. Akibatnya, bisa saja pernikahan yang baru berjalan sebentar menjadi rapuh dan pecah. Seseorang merasa salah dalam memilih, dan tidak tahan menanggung kesulitan. Akibatnya, perceraian pun terlihat sebagai sebuah godaan yang menggiurkan, sebuah pintu yang akan menyelesaikan segala persoalan.

Bila kita beranggapan bahwa soulmate kita harus memenuhi semua kebutuhan kita dan membahagiakan kita, ada kemungkinan bahwa kebahagiaan kita bergantung pada orang lain. Sebagai orang Katolik, satu-satunya sumber kebahagiaan kita ialah Allah. Dan kita disebut berbahagia bila kita menjalani delapan Sabda Bahagia dengan sungguh-sungguh. Bukan berarti kita ataupun pasangan kita boleh berhenti untuk mengasihi, melainkan bahwa tidak selayaknya kita mengharuskan atau menuntut kesempurnaan yang sangat tinggi terhadap mereka.

Pemahaman soulmate yang serba sempurna akan membuat kita mudah kecewa kita menghadapi konflik dan bertemu dengan kelemahan ia yang menjadi pasangan kita. Kekecewaan ini dapat berujung pada sebuah perpisahan, dikarenakan kita merasa yakin ia bukan orang yang tepat bagi kita, bukan cinta sejati kita. Bila kita tidak berhati-hati, kita akan menjadi takut untuk membuat komitmen seumur hidup, atau kita akan terus melakukan pencarian cinta sejati tanpa henti, karena di luar sana akan tetap selalu ada orang yang lebih baik dari pasangan kita.

Gambaran soulmate yang terlalu idealis dapat membuat kita sulit untuk berpuas diri terhadap kelemahan seseorang. Padahal, sikap kita seharusnya ialah mensyukuri apa yang sudah dipercayakan pada kita, termasuk pasangan kita. Ketidaksempurnaan pasangan kita, itulah yang dapat menguduskan kita, asal kita dapat mengolahnya dengan baik. (*)

(Refleksi Natal 2014 di Negeri 1001 Padang Savanna. Dari tempat kita bertugas, Beta titipkan salam  bagimu Nonato Sarmento yang akan segera mengakhiri masa lajangnya di penghujung tahun ini. Selamat menempuh hidup baru sobat, semoga bahagia dan langgeng dalam membangun keluarga kecilnya.)

Tuesday 9 December 2014

Arisan Pendidikan, Solusi Reformasi Budaya Sumba

Pulau Sumba merupakan salah satu wilayah terselatan Indonesia yang memiliki keunikan budaya dan tradisi. Tradisi Marapu merupakan salah satu keunikan. Jenazah dibungkus dengan kain adat dan disemayamkan di rumah duka selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Yang unik di sini yakni jenazah tidak membusuk, tidak menebar bau meski disemayamkan demikian lama.
Tinggal serumah dengan mayat selama bertahun-tahun bukanlah kisah fiktif melainkan kenyataan di tanah Sumba. Selama belum dikuburkan, para kerabat, kenalan yang datang melayat membawa hewan seperti babi, sapi dan kerbau.
Hewan-hewan itulah yang akan disembelih selama sekitar seminggu, bahkan lebih, menjelang penguburan dan sesudah penguburan. Jumlah hewan yang disembelih menunjukkan kelas sosial si Mati dan keluarganya.
Upacara penguburan (sebelum dan sesudah) bisa berlangsung berminggu-minggu bahkan tahunan. Sepanjang hari, siang dan malam, selalu ada beberapa ekor hewan disembelih untuk disantap bersama segenap pelayat.
Selama itu pula permainan kartu remi dan aneka permaianan lainnya bahkan perjudian "memperoleh momentumnya". Rumah dan tenda duka dan sekitarnya di beberapa bagian seakan menjadi arena judi untuk mengusir kantuk. Maka aktivitas harian seperti mengolah kebun, mengurus ternak dan aktivitas produktif lainnya menjadi berkurang, bahkan tidak dilakukan sama sekali selama acara itu berlangsung.
Bayangkan, jika setahun ada enam orang yang meninggal dalam sebuah kampung dan masing-masing dijaga selama 20 hingga 30 hari baru dimakamkan, maka selama itu pula ada aktivitas perjudian dan orang tidak bisa bekerja. Sementara banyak ternak yang ikut dikurbankan. Tidak ada keseimbangan antara produksi dan konsumsi.
Tradisi mengurbankan ternak dalam jumlah besar di Sumba Timur, bukan hanya dilakukan pada upacara kematian, namun juga pada pesta adat lainnya, termasuk perkawinan. Biaya yang dihabiskan untuk urusan-urusan adat tersebut juga boleh dikata sedemikian besar.

Arisan Pendidikan

DERAJAT kesehatan di desa-desa tertentu, bahkan wilayah Sumba umumnya, masih memprihatinkan. Belum meratanya kehadiran sarana pelayanan kesehatan di semua wilayah mengakibatkan kualitas kesehatan masyarakat masih rendah. Sementara disisi lain, padang savana yang terbentang luas di seantero Pulau Sumba sangat potensial untuk pengembangan ternak seperti sapi, kerbau, kambing dan domba. Itu sebabnya mengapa Pemerintah Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menetapkan Sumba sebagai salah satu pusat pengembangan ternak demi mewujudkan propinsi ternak.
Ikon Sumba sudah jelas, Negeri Sandle Wood. Hal ini disebabkan kecintaan warga setempat terhadap kuda. Kuda sandle wood. Terkenal di seantero nusantara. Tanah Sumba juga tenar di dunia karena keunikan budayanya seperti pasola, pacuan kuda dan wisata budaya yang unik seperti kuburan megalitik, perkampungan adat dan sebagainya.
Namun keterkenalan suatu daerah belum tentu berbanding lurus dengan kemajuan masyarakat dan daerahnya. Masih banyak warga di pedalaman wilayah Sumba yang belum menikmati jalan aspal, listrik dan masih sangat terbatas akses terhadap sarana pelayanan publik seperti puskesmas dan sarana pendidikan dasar.
Kecamatan Kambata Mapambuhang adalah salah satu contoh yang mewakili seluruh masyarakat di pelosok Kabupaten Sumba Timur. Wilayah kecamatan ini mencakup enam desa. Sebagian besar masayarakat di desa ini belum ada listrik. Sarana jalan serta alat transportasi menuju pusat kecamatan belum memadai. Di sisi lain, potensi yang di miliki cukup besar di sektor peternakan, namun tradisi pesta pora seperti ada kematian dan perkawinan adalah faktor penghambatnya.
Tradisi penyembelihan hewan dalam jumlah puluhan, bahkan ratusan ekor, pada saat upacara adat seperti kematian atau perkawinan bagi warga Kabupaten Sumba Timur merupakan hal yang lumrah. Ada nilai positif dari tradisi ini, antara lain tali kekerabatan terus dipererat dan nilai kebersamaan terus dipupuk. Seluruh rumpun keluarga tergerak dengan sendirinya membawa hewan dan sumbangan lainnya untuk meringankan beban tuan pesta, baik dalam pesta adat kematian maupun perkawinan.
Tetapi ada juga sisi negatifnya, yakni pemborosan. Ternak yang disembelih mencapai puluhan bahkan ratusan ekor bernilai ekonomi tidak kecil. Jika saja sebagian (besar) dari itu dimanfaatkan untuk keperluan non-konsumtif, misalnya untuk biaya pendidikan, maka manfaat jangka panjang yang diperoleh sungguh luar biasa.

Katakanlah dalam sekali pesta adat dihabiskan 50 ekor ternak (babi, sapi dan kerbau) dengan nilai rata-rata Rp 3 juta per ekor, maka sekali pesta menghabiskan Rp 150 juta. Kalau saja Rp 100 juta dialihkan pemanfaatannya untuk kebutuhan produktif, bukankah itu nilai yang tidak kecil? Untuk pesta adat bagi warga yang berkelas ningrat, hewan yang dihabiskan mungkin mencapai 100-an ekor. Jika dinilai dengan uang, maka ini jumlah sangat fantastis.
Pesta adat, biasanya memakan waktu lama. Ini juga mempengaruhi, tepatnya mengurangi waktu produktif warga. Bahkan tidak sedikit warga yang tidak bisa mengurus kebun dan ternaknya sepanjang pesta adat berlangsung.
Sisi negatif lainnya adalah pesta adat selalu dijadikan moment untuk berjudi. Siapapun tak bisa membantah bahwa judi adalah penyakit masyarakat. Judi tak pernah membuat seseorang menjadi kaya dan maju. Judi selalu memiskinkan orang dan memantik orang untuk melakukan beragam tindak kejahatan, mulai dari dalam rumah tangga dan atau komunitas terkecil.
Selain itu, kedatangan kerabat dengan seluruh bawaannya saat pesta adat, menjadi "hutang" bagi tuan pesta. Tradisi inilah menjadi salah satu penyumbang terbesar kemiskinan di tanah Sumba.
Kemiskinan membuat orang mudah berbuat kejahatan, yakni kejahatan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pencurian dan perampokan disertai tindak kekerasan, bahkan pembunuhan, sering terjadi di Sumba. Ternak peliharaan warga menjadi tidak aman, meski dikandangkan di pekarangan rumah sekalipun! Selalu dirampok dan dicuri orang.
Tanpa mengurangi nilai budaya yang ada, tradisi penyembelihan hewan dalam jumlah besar pada setiap acara adat harus dikurangi. Penyembelihan ternak dalam setiap pesta baik itu adat perkawinan maupun kematian perlu dibatasi. Tradisi seperti ini kurang baik dan perlu sedikit perubahan atau elegannya direformasi. Selain dapat meningkatkan produksi ternak dan ekonomi rumah tangga, mengurangi pesta pora, perjudian, pencurian dan menciptakan kenyamanan lingkungan.
Tradisi seperti itu bisa dikurangi tanpa mengurangi nilai-nilai kearifan lokal yang telah diwariskan leluhur. Misalnya, kebiasaan untuk menjaga mayat selama ini berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan perlu dibatasi. Jumlah ternak atau hewan yang disembelih pun harus dibatasi. Budaya pesta pora dan pemborosan perlu dikurangi bahkan dihentikan.
Andai saja, budaya dan tradisi yang sudah diwariskan oleh para leluhur orang Sumba Timur sedikit dialihkan ke arisan pendidikan maka akan lebih bermanfaat. Setiap keluarga wajib membiayai pendidikan anak-anak mereka sesuai standar pendidikan nasional yakni wajib belajar sembilan tahun. Investasi jangka panjang yakni meningkatan sumber daya manusia (SDM) generasi muda.
Arisan pendidikan tersebut disebut dengan acara "terima tangan". Setiap anak yang akan melanjutkan studi ke bangku kuliah akan membawa serta tanggung jawab yang dititipkan warga desanya. Semua kepala keluarga menyumbang uang untuk biaya di pendidikan tinggi.
Jadi melalui arisan pendidikan ini juga secara tidak langsung ada ikatan moril. Setiap anak yang pergi kuliah akan belajar sungguh-sungguh untuk bisa meraih gelar sarjana, karena saat dia berangkat ada tanggung jawab yang dititipkan seluruh warga melalui arisan pendidikan.

Berdasarkan pengalaman yang terjadi selama ini, banyak orang tua yang memikul hutang seumur hidup hanya untuk pesta pora. Karena pada hajatan baik itu acara adat kematian atau perkawinan, lebih cenderung orang berupaya untuk meningkatkan gengsinya. Dengan beban hutang seperti itu, pendidikan anak-anak tidak akan memperoleh alokasi biaya yang jelas. Kesehatan anak-anak tidak terurus dengan baik.
Kesadaran akan kemajuan harus dimulai dari meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dan kesadaran itu perlu dimulai dari dalam keluarga, lingkungan sekitar kita, desa hingga tingkat kabupaten. Dari keluarga pelosok Sumba Timur, mungkin akan memberi teladan bagaimana menghembuskan angin perubahan itu dari desa, bukan dari kota. Arisan pendidikan tentunya bisa menjadi momentum awal. Sanggupkah kita melakukan reformasi budaya konsumtif ke arah produktif? (*)

*) John Taena, Pemerhati Budaya Sumba


Friday 18 July 2014

Jokowi "Indonesian Rock Leader"

“Kehidupan tidak ada yang tahu. Kehidupan itu misteri.
Dan bekerja harus optimis. Bekerja tidak boleh pesimis…”
by Jokowi.

Usir Investor yang Merugikan Masyarakat

Usir Investor yang Merugikan Masyarakat

Yunus Meha

POS KUPANG.COM, WAINGAPU--Untuk mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan bersama, pihak pemerintah membutuhkan dukungan investor. Pasalnya, dari tangan para pemodal yang akan berinvestasi diharapkan membawa dampak positif bagi perkembangan roda ekonomi di suatu daerah. Hal ini menjadi salah satu alasan bagi warga  Sumba Timur untuk menerima kehadiran PT Ade Agro Industri.
"PT Ade Agro Industri itu merupakan investor yang sebelumnya diharapkan dapat mendukung perkembangan ekonomi di daerah ini. Kehadirannya untuk berinvestasi sangat bagus dan diterima dengan tangan terbuka oleh seluruh elemen, sehingga Pemkab Sumtim menyediakan lahan," ujar Ketua Komisi B DPRD Sumba Timur, Yunus Hunga Meha, di Waingapu, Senin (5/5/2014).
PT Ade Agro Industri, lanjutnya, belakangan bukan mendukung program pembangunan di daerah, melainkan merugikan para petani setempat. Hal ini terlihat dari ulahnya membuat kelompok tani binaan fiktif demi mendapat kredit tanpa agunan dari Bank  NTT Cabang Waingapu.
"Kalau datang hanya untuk merugikan masyarakat, lebih baik diusir saja. Pemerintah jangan hanya diam melihat ulah investor seperti PT Ade Agro Industri yang tidak tahu berterima kasih," tegasnya.
Pihak Kejari Waingapu yang sebelumnya telah menangani kasus ini, tambah Hunga Meha, diminta untuk bekerja sungguh- sungguh. Pasalnya, apa yang dilakukan PT Ade Agro Industri di daerah itu merupakan perbuatan melawan hukum.
"Jadi, harus diminta pertanggungjawabannya sebelum diusir dari daerah ini," tandasnya.
Sebelumnya Yunus Hungan Meha meminta aparat Kejaksaan  Negeri (Kejari) Waingapu serius dan tidak hanya mencari sensasi dalam menangani kasus dugaan korupsi  yang terjadi di wilayah hukum Sumba Timur. Dugaan penyelewengan keuangan negara yang terjadi di daerah itu harus diproses tuntas. Salah satu contohnya  kasus dugaan korupsi di Bank NTT Cabang Waingapu yang diduga merugikan negara, namun hingga saat ini tidak jelas penanganannya.
Selama ini, katanya, pihak kejari hanya mencari sensasi pada akhir tahun, namun setelah itu diam. "Kita pertanyakan perkembangan kasus dugaan korupsi di Bank NTT itu sudah sampai di mana?" tanyanya.
Korupsi di Bank NTT Cabang Waingapu yang diduga merugikan keuangan negara senilai Rp 2,6 miliar tersebut, kata Hungan Meha, sebelumnya sangat getol diusut oleh Kejari Waingapu pada akhir tahun 2013. Namun hingga saat ini, proses hukum kasus tersebut yang sudah ada tersangkanya terkesan didiamkan begitu saja. "Sudah ada indikasi penyelewengan keuangan negara, namun prosesnya jalan di tempat," tegasnya. (jet)

sumber http://kupang.tribunnews.com/2014/05/07/usir-investor-yang-merugikan-masyarakat

Kejari Waingapu Sita Rp 2,6 Miliar Kasus Kredit Fiktif

Kejari Waingapu Sita Rp 2,6 Miliar Kasus Kredit Fiktif
POS KUPANG/JOHN TAENA
SAKSI--Dua orang petani sedang memberikan keterangan saat diperiksa oleh Kasis Intel Kejari Waingapu, Fredrix Bere, SH, Senin (9/12/2013). SAKSI--Dua orang petani sedang memberikan keterangan saat diperiksa oleh Kasis Intel Kejari Waingapu, Fredrix Bere, SH, Senin (9/12/2013)
POS-KUPANG.COM, WAINGAPU, PK -- Penyidik Kejaksaan Negeri (Kejari) Waingapu telah menyita barang bukti berupa rekening koran senilai kurang lebih Rp 2,6 miliar untuk kelancaran proses hukum  kasus dugaan kredit fiktif tanpa anggunan di Bank NTT Cabang Waingapu, yang diduga merugikan keuangan negara.
Selain menyita rekening koran, penyidik Kejari Waingapu juga sudah memeriksa 26 orang petani dari total 52 orang petani yang terdaftar sebagai anggota gabungan kelompok tani binaan PT Ade Agro Industri (AAI) untuk  mengungkap kasus tersebut.
Kepada Pos Kupang di ruang kerjanya, Rabu (11/12/2013), Kepala Seksi Intelijen (Kasi Intel) Kejari Waingapu, Fredrix Bere, S.H mengatakan, pihaknya akan bekerja professional dan maksimal untuk mengungkap kasus dugaan korupsi tersebut.
Salah satu contoh keseriusan tim penyidik dalam membongkar kasus itu, demikian Fredrix,   melakukan pemeriksaan marathon terhadap 52 orang saksi.
"Dugaan kerugian keuangan negara ini cukup tinggi nilainya. Kami tidak main - main dalam kasus ini. Sejauh ini sudah 26 orang saksi dari petani yang kami periksa," tandasnya.
Selain pemeriksaan saksi secara marathon, lanjut Fredrix, penyidik juga telah melakukan penyitaan sejumlah dokumen yang berkaitan dengan kasus itu. Hal ini bertujuan memperlancar percepatan upaya penegakan hukum kasus dugaan korupsi yang terjadi di wilayah itu.
Ia menjelaskan, tanggal 2 Desember 2013, pihak PT AAI sudah menyetor kembali Rp 2,6 miliar sesuai dugaan kerugian keuangan negara di Bank NTT. Tim penyidik juga telah menyita rekening korannya pada tanggal 6 Desember 2013," ungkapnya.
Meskipun telah dilakukan penyetoran oleh pihak PT AAI kepada Bank NTT senilai Rp 2,6 miliar, kata Frederix, namun proses hukum kasus itu akan tetap berjalan. Selain karena proses pengembalian  setelah adanya temuan,  juga disebabkan adanya aturan hukum.
Hal ini, lanjut  Frederix, sesuai ketentuan pasal 2 dan pasal 3 Undang - Undang Tindak Pidana Korupsi. "Meskipun ada pengembalian keuangan negara, namun proses hukum kasus dugaan korupsi ini akan tetap berjalan," tegasnya.
Ia mengatakan, tim penyidik Kejari Waingapu  menargetkan proses penyidikan kasus dugaan korupsi tersebut selesai dalam waktu dekat. Hal ini tergantung proses penyidikan terhadap saksi - saksi oleh tim penyidik.
Pasalnya,  penyidik mengalami kendala untuk mendatangkan para saksi. "Untuk saat ini penyidikan tergantung saksi- saksi, selain banyak juga ada saksi yang tidak datang karena berhalangan. Awal tahun 2014 penyidikan sudah bisa rampung," tandasnya

sumber http://kupang.tribunnews.com/2013/12/12/kejari-waingapu-sita-rp-26-miliar-kasus-kredit-fiktif

Kalau Benar Proyek RPDAS Fiktif Kita Marah


Kalau Benar  Proyek RPDAS   Fiktif Kita Marah
Gidion Mbilijora
POS KUPANG.COM, WAINGAPU--Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumba Timur sudah meminta penjelasan kepada Kantor Badan Pengelola Daerah Aliran Sungai (BP DAS) Benain-Noelmina terkait  proyek Penyusunan Rencana Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (RPDAS) Terpadu Kambaniru yang diduga fiktif. Jika proyek tahun anggaran 2012 benar seperti yang diberitakan oleh media selama ini, maka lembaga tersebut harus bertanggung jawab.
"Kita sudah bersurat ke BPDAS meminta penjelasan. Kalau tidak benar, maka pemberitaan media masa selama ini harus diklarifikasi. Tapi kalau memang benar, tentunya sebagai pihak yang dirugikan kita marah. Kita akan ajukan keberatan ke pusat BPDAS, mereka harus bertanggung jawab," tegas Bupati Sumba Timur, Gidion Mbilijora, di Waingapu, Rabu (16/7/2014).
Pihak BPDAS, kata Gidion, diminta untuk mengirimkan dokumen Proyek Penyusunan Rencana Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (RPDAS) Terpadu Kambaniru ke Pemkab Sumba Timur. Pasalnya sejak tahun 2012 hingga saat ini, dokumen yang sudah pernah diminta oleh Pemkab Sumba Timur itu belum dikirim.
"Kita sudah pernah meminta dokumen itu sejak 2012, tapi BPDAS tidak pernah kirim hingga muncul masalah ini," ujar bupati.
Tujuan meminta dokumen tersebut, jelas Gidion, untuk melihat dan mempelajari isi dan bentuk perencanaanya seperti apa. Selain itu untuk memastikan lokasi-lokasi yang akan ditangani dan dibiayai oleh pihak BPDAS sendiri dalam proyek tersebut.
Sementara pihak Pemkab Sumba Timur bisa menyusun program perencanaan untuk menangani lokasi-lokasi yang belum ditangani. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya tumpang tindih pembiayaan proyek perencanaan DAS di daerah itu.
"Kita minta dokumen itu untuk dipelajari tapi BPDAS sendiri tidak pernah kirim sejak tahun 2012, maka kita bersuarat sekarang. Kita minta untuk lihat perencanaannya seperti apa? Kalau sudah diisi, maka kita lagi lokasi lain yang belum ditangani untuk kita bisa tanggulangi dengan dana kita," jelasnya.
Pada tahun 2012 ketika didatangi oleh Ketua Tim Forum DAS NTT, Dr. Mikhael Riwu Kaho, dan beberapa orang anggota tim dari Kupang, Bupati Gidion meminta tim tersebut untuk mnenggandeng dinas kehutanan setempat. Alasannya selain sebagai tuan rumah, juga instansi terkait yang lebih mengetahui kondisi wilayah itu.
"Tapi saya tidak tahu setelah itu mereka gandeng dinas kehutanan atau tidak? Kalau mengenai tanda tangan itu, saya tidak ingat lagi. Tapi waktu itu bukan dokumen dan mungkin lampiran surat yang saya tandatangani. Setelah itu saya pikir sudah selesai," kata Gidion. (jet)

sumber http://kupang.tribunnews.com/2014/07/18/kalau-benar-proyek-rpdas-fiktif-kita-marah