Laporan wartawan Pos Kupang, John Taena
POS KUPANG.COM, WAINGAPU--Langit diatas padang sabana Sumba Timur pada Minggu (19/3/2017), terlihat mendukung. Pos Kupang bersama tiga orang rekan jurnalis masing-masing Muhammad Yusuf, Dion Umbu Analodu, Thyna Lobo dan sang pemandu, Elda Dimu, terus memacu sepeda motor masing-masing menuju pedalaman daerah itu.Semakin jauh ke pedalaman, rute perjalanan yang dilintasi semakin menantang. Selama kurang lebih satu jam perjalan, kecepatan setiap sepeda motor yang dikemudikan terpaksa harus dikurangi.
Pasalnya aspal jalan raya hanya sebatas itu.
Sisanya adalah jalan pengerasan yang berbatu, licin dan berlumpur di musim
hujan seperti sekarang.
Ketika harus terpaksa meninggalkan kendaraan dan
berjalan kaki untuk sebuah kampung terpencil itu, kawanan ternak sapi Sumba
ongole dan kuda sandlewood telah siap menjadi penyemangat.
Dibalik rute yang menantang, alam daerah ini akan terus menggoda setiap pelintas jalan raya untuk dinikmati.
Dibalik rute yang menantang, alam daerah ini akan terus menggoda setiap pelintas jalan raya untuk dinikmati.
Hamparan padang sabana yang membentang luas
sejauh mata memandang terlihat begitu eksotis. Rasanya mata tidak jemu untuk
terus menikmati pemandangan elok sepanjang jalan.
Berjalan kaki sambil menikmati pemanadangan alam,
dan ribuan kawanan ternak yang sedang merumput di tengah padang, tidak akan
ditemukan di tempat lain, kecuali di pedalaman Sumba
Timur.
Hal inilah yang dialami Pos Kupang, saat
mengunjungi lokasi pembangkit listrik tenaga angin di Kampung Tanara, Desa
Maubokul, Kecamatan Pandawai.
Salah satu kampung terisolir ini, sebelumnya
tidak pernah disebut. Jangankan wisatawan luar daerah, warga Kota Waingapu
sendiri pun akan enggan untuk menyebut nama kampung itu.
Alasanya sederhana, karena belum pernah mendengar
nama salah satu kampung di pedalaman itu.
Kampung Tanara, yang sebelumnya tidak dikenal,
kini mendadak jadi sebuah obyek wisata.
Nyaris sebagian besar warga Kota
Waingapu akan berjuang menaklukan medan yang menantang untuk mencapai lokasi
itu.
Apapun tantangan yang dihadapi, mencapai pusat
perkampungan adalah sesuatu yang membawa kepusan bathin tersendiri.
Sekitar 47 buah tiang kincir
angin yang dibangun pada tahun 2013 silam, untuk memenuhi pasokan listrik
warga setempat adalah obyek wisata baru yang harus didatangi. Bukan hanya kincir
angin di di pinggir kampung tersebut yang menarik.
Alam bebas yang menjadi lokasi pembangkit listrik tenaga angin itu, adalah sebuah obyek wisata yang selama ini tidak dikenal.
Tak heran banyak pasangan yang mengunjungi lokasi
ini untuk membuat vidio dan foto prewedding. Begitupun dengan para pecinta
fotografi yang ingin menyalurkan hoby mereka.
"Banyak orang dari Waimgapu yang setiap hari datang ke sini sampai malam baru pulang," ujar Huki Nggimu Wali (47), kepada Pos Kupang, di lokasi kincir angin, kampung tanarara, desa maubokul, Minggu (19/3/2017).
"Banyak orang dari Waimgapu yang setiap hari datang ke sini sampai malam baru pulang," ujar Huki Nggimu Wali (47), kepada Pos Kupang, di lokasi kincir angin, kampung tanarara, desa maubokul, Minggu (19/3/2017).
Menurut Dia, kincir
angin adalah salah satu obyek yang dicari oleh warga Kota Waingapu di
kampung tersebut. Biasanya pada hari libur dan akhir pekan, senjumlah keluarga
akan mengahabiskan waktu mereka di lokasi itu.
"Kalau hari minggu seperti ini banyak
sekali, ada yang foto-foto. Ada hanya duduk-duduk sampai malam di sini. Kalau
dulu tidak ada orang yang datang, listrik juga tidak ada. Tapi sekarang
malam-malam sudah terang karena sudah ada listrik," jelasnya.
Salah satu pengunjung, Umbu Tanya Hinggi Randja,
kepada wartawan di lokasi itu, mengaku datang bersama rekan-rekannya untuk
menghabiskan hari libur. Menurut Dia, lokasi tersebut cukup menarik.
Dikatakannya, "Medan ke sini yang menantang
jadi memang harus siap fisik betul-betul sebelum berwisata ke Kampung Tanarara
ini. Tadi ada bebarapa pengunjung yang sampai di tengah jalan pulang kembali
karena tidak sanggup."
Namun setelah tiba di lokasi perkampungan yang
berada di ketinggian itu, lanjutnya, pengunjung akan merasakan kepuasan
tersendiri. Seketika letih dan lelah akan terbayarkan tatkala menikmati pemandangan
alam sekitar.
"Kita sudah siap untuk menikmati obyek
wisata ini jadi biar hujan juga tancap gas terus. Sangat puas sampai di atas
sini," tandasnya. *
No comments:
Post a Comment