Sunday 12 July 2015

Kiprah Orlandia dan Dominggas Seusai Belajar LTS di India II

Meneteskan Air Mata Bahagia

Mendapat perhatian dari pemerintah atau pihak lain dalam bentuk pembangunan fisik secara langsung akan memberikan rasa bahagia yang sangat luar biasa bagi suatu kelompok masyarakat, apalagi sentuhan pembangunan tersebut sudah lama dirindukan oleh masyarakat.

Namun pembangunan yang lebih luar biasa adalah membangun sumber daya manusia untuk mengangkat harkat dan martabat kelompok masyarakat dari keterkebelakangan. Itulah yang dirasakan Dominggas de Jesus, dan Olandina Ranggel, seusai mengikuti pelatihan Listrik Tenaga Surya (LTS) di Garefoot Collage India, September 2014 hingga Maret 2015.

Keduanya ditempa dengan pengetahuan yang biasanya hanya bagi para teknisi dan ahli kelistrikan. Namun kedua ibu yang sudah masuk usia lanjut dan tidak menamatkan pendidikan dasar, kini bisa merakit jaringan listrik. Kebahagiaan Olandina dan Dominggas memuncak saat keduanya berhasil menerapkan ilmu yang mereka dapat di Garefoot Collage India, dengan merakit jaringan listrik bersumber dari LTS di Dusun Fafioban, Desa Koa, Kecamatan Mollo Barat, TTS yang dilakukan sejak April 2015 dan diresmikan Rabu (8/7/2015).

Tanda kebahagiaan tersebut seakan meluap dan saat rombongan Ibu Ani Hasyim Djojohadikusumo masuk halaman Bengkel LTS, Rabu (8/7/2015) sore. Diiringi nyanyian selamat datang dari anak-anak sekolah dan tarian penyambutan oleh warga masyarakat setempat, Olandina dan Dominggas, yang menunggu tepat di pintu masuk ke halaman Bengkel LTS, seakan tak percaya bahwa keduanya akan mendapat penghargaan luar biasa untuk karya mereka yang sulit dipercaya banyak orang.

Karenanya, Dominggas dan Olandina berjabatan tangan dengan Ibu Ani Hasyim Djojohadikusumo, dilanjutkan pelukan hangat hingga kedua ibu ini meneteskan air mata kebahagiaan di pelukan Ibu Ani Hasyim Djojohadikusumo, dan ibu-ibu dari Yayasan Wadah Titian Harapan.

Kepada Pos Kupang, Rabu (8/7/2015), Olandina mengatakan, apa yang mereka lakukan saat ini memasang jaringan LTS bagi 185 rumah tangga di Dusun Fafioban, Desa Koa merupakan berkat tak terhingga yang diberikan Tuhan melalui Yayasan Wadah Titian Harapan.

"Kami sangat berterima kasih kepada Tuhan karena melalui Wadah (Yayasan Wadah Titian Harapan), kami bisa belajar penerangan (LTS) di India. Dan, sekarang bisa memasang listrik untuk 185 rumah di dusun kami ini," ujar Olandina.

Olandina juga mengaku masih mengingat pelajaran merakit perangkat LTS yang diperoleh di Garefoot Collage India. Jika harus bagi dengan ibu-ibu yang ada di Desa Koa, keduanya akan dengan senang hati melakukannya untuk kebaikan bersama.

"Saya pasti bagi pengetahuan dengan siapa saja di sini (Desa Koa). Karena ilmu ini saya dapatkan dari pemberian orang lain. Jadi, saya juga harus siap membaginya," ujarnya.

Kebutuhan Air Bersih

Mengenai harapan untuk pembangunan di Desa Koa, Dominggas dan Olandina mengatakan, sejak puluhan tahun silam, baru kali ini ada sentuhan pembangunan secara nyata oleh pemerintah, TNI, dan Yayasan Wadah Titian Harapan.

"Kami berharap pemerintah tidak hanya melihat kami hari ini dan kembali melupakan kami. Tetapi terus memberikan sentuhan pembangunan, agar desa kami merasakan apa yang sudah dirasakan desa-desa lain saat ini," harap Dominggas.

Ketua Komisi V DPR RI, Ir. Farry Francis, kepada Pos Kupang, Rabu (8/7/2015) menjelaskan, pembangunan di Desa Koa masih kurang, namun pihaknya saat ini sudah memberikan perhatian melalui peningkatan infrastruktur dan peningkatan sarana kebutuhan dasar masyarakat setempat berupa pembangunan embung-embung, dan saluran irigasi. Embung dan saluran irigasi untuk memenuhi kebutuhan air bersih sekaligus untuk bercocok tanam bagi masyarakat.

Jalan masuk ke desa itu sebelumnya dari pinggir sungai ke pemukiman warga ditempuh hampir satu jam, karena harus berbelok-belok mencari ruang kosong diantara pepohonan. Tetapi sekarang sudah bisa ditempuh kurang dari 10 menit.

Pejabat Sementara (Pjs) Kepala Desa Koa, Jesaya Liufeto, Jumat (10/7/2015) mengatakan, Desa Desa Koa merupakan salah satu desa tua di Kabupaten TTS. Namun sentuhan pembangunan di desa ini cukup minim dan harus terus ditingkatkan agar kehidupan masyarakatnya bisa berkembang.

Ia menjelaskan, waktu tempuh ke Desa Koa dari SoE, ibukota Kabupaten TTS saat musim kemarau hanya satu jam. Namun saat musim penghujan, untuk mencapai desa tersebut harus melintasi jalan panjang, mengambil jalur dari Kecamatan Mollo Selatan, kemudian menyeberang melalui Desa Fatukoko dan Desa Salbait, baru tiba di Desa Koa. Itu juga jika tidak terjadi banjir. Karena ada satu anak sungai di Desa Salbait yang belum ada jembatan, sehingga jika banjir masyarakat harus bersabar menunggu hingga banjir surut untuk menyeberang.

Kalau putar lewat Fatukoko dari SoE untuk sampai di Desa Koa butuh waktu hampir tiga jam. Karena jalan yang sudah disertu, terbawa aliran air sehingga boleh dibilang masih jalan alam.

Bupati TTS, Ir. Paul VR Mella, M.Si, kepada Pos Kupang, Rabu (8/7/2015) mengatakan, Desa Koa masih tergolong desa terpencil dan belum banyak tersentuh pembangunan fisik.

Apa yang dilakukan Yayasan Wadah Titian Harapan sudah cukup memberikan spirit bagi pemerintah daerah agar tidak hanya membangun dengan pola umum yang selama ini dilakukan dengan mengutamakan pembangunan fisik. Tetapi, peningkatan sumber daya manusia juga penting, karena dengan sentuhan hati melalui masyarakat yang ada di desa, akan melahirkan rasa memiliki bagi masyarakat untuk hasil pembangunan.

"Saya pikir ini sesuatu yang bagus dan luar biasa. Kita selama ini berpikir bahwa listrik itu harus ahli kelistrikan. Tetapi ternyata ibu-ibu yang tidak bersekolah bisa. Pemerintah akan mencoba menggunakan pola pendekatan ini, untuk pembangunan yang lebih baik," katanya.


Desa Koa merupakan salah satu desa di Kecamatan Mollo Barat, Kabupaten TTS. Jumolah penduduk 242 kepala keluarga, terbagi 10 RW dan 23 RT. Desa ini diapit Sungai Noebesi yang cukup lebar, sehingga jika musim penghujan, masyarakat desa tersebut tidak bisa keluar, kecuali menunggu banjir redah atau memilih jalan panjang melintasi Desa Salbait.(jumal hauteas/bersambung)

Sumber Pos Kupang cetak, edisi Sabtu, 11 Juli 2015, halaman 1

No comments: