“Niat Drs.Christian Rotok menerbangkan
saksi hidup dan perintis pembangunan Bandara Frans Sales Lega Ruteng tahun 1963
tidaklah ringan. Tantangan sempat muncul dari Wabup Deno Kamelus dan Sekda
Manseltus Mitak.”
pos kupang/egy mo’a
|
Chris Berdoa Cepat Pulang
BAYANGAN atas dua kecelakaan pesawat beruntun yakni pesawat Malaysia Airlines dan AirAsia tahun 2014, masih membekas di benak bupati Manggarai tersebut. Memikirkan kejadian itu, sungguh berat bagi Chris untuk memutuskan jadi atau tidaknya rencana terbang gembira keliling Manggarai.
BAYANGAN atas dua kecelakaan pesawat beruntun yakni pesawat Malaysia Airlines dan AirAsia tahun 2014, masih membekas di benak bupati Manggarai tersebut. Memikirkan kejadian itu, sungguh berat bagi Chris untuk memutuskan jadi atau tidaknya rencana terbang gembira keliling Manggarai.
"Pikiran
itu (terbang gembira bersama perintis Bandara Frans Sales Lega) muncul
seketika, tanpa rekayasa. Apalagi hendak mendapatkan sesuatu keuntungan. Saya
pikir kehidupan di dunia ini hanya sekali sehingga harus dinikmati," kata
Chris Rotok membuka pembicaraan dengan para perintis seusai terbang gembira di
ruang VIP Bandara Frans Lega Ruteng, Sabtu (15/8/2015).
Di tengah
pergolakan batin memikirkan berbagai musibah penerbangan, Chris mengaku terus
termotivasi mewujudkan niat baik itu. Bersama Kamelus dan Manseltus, akhirnya
disepakati terbang gembira bersama para orang tua itu harus direalisasikan.
Di zaman
ini naik pesawat bukan lagi sebuah kemewahan. Tetapi bagi Chris Rotok
memfasilitasi para perintis bandara menikmati penerbangan adalah untuk
menghargai jerih payah mereka. Ini tentu beda rasanya. Apalagi sebagian besar
mereka umumnya belum pernah menumpang pesawat terbang.
Padahal
saat membangun bandara itu tahun 1963, mereka rela berdesak-desakan menumpang
truk yang mengangkut batu, pasir serta material bangunan lainnya. Mereka
kesampingkan segala resiko kecelakaan yang muncul.
"Penerbangan
ini adalah ungkapan terima kasih kepada masyarakat Manggarai yang berjasa
membangun Bandara Frans Sales Lega yang saat ini bisa dinikmati semua orang.
Kami mohon maaf tidak bisa perhatikan orang perorang. Konsentrasi kami
membangun infrastruktur jalan, jembatan, sekolah puskesmas dan sarana yang
lain," kata Chris yang saat itu hadir bersama Deno Kamelus, Manseltus dan
Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Manggarai, Apri Laturake.
Pergolakan
batin Chris diakuinya berkecamuk di Sabtu (16/8/2015) pagi saat menyaksikan 32
perintis utusan dari semua kecamatan telah hadir di ruangan VIP bandara. Berbagai
bayangan buruk muncul dalam benaknya. Cuaca buruk, angin kencang, kabut bisa
saja terjadi. Jangan-jangan juga ada orangtua yang mendadak stress. "Pokoknya
macam-macam," bebernya.
Apalagi
Dokter Yulianus Weng, M.Kes, yang memimpin pemeriksaan kesehatan bagi peserta
terbang gembira mengingatkan tensi darah mereka rata-rata 200. Namun semua
beban itu dikesempingkan Chris. Ia menyaksikan wajah-wajah ceria para orang tua
berdiri di sisi apron menunggu jatah duduk di dalam lambung burung besi. "Ketika
pesawat sudah terbang, saya terus berdoa, semoga pesawat cepat pulang
saja," ujar Chris menahan haru.
"Niat
saya tulus. Saya ingin menanamkan nilai penghormatan kepada pendahulu yang
berjasa membangun daerah ini,"sambungnya.
Dokter
Weng menuturkan tekanan darah untuk orang-orang yang berusia di atas 60-an
tahun idealnya 140/90. Namun tensi darah semua peserta terbang gembira saat itu
serentak naik 200. Menurut Weng, naiknya tekanan darah lebih disebabkan stress
karena baru pertama kali naik pesawat. Ditambah lagi kurang tidur semalaman
memikirkan harus terbang.
Mengantisipasi
mereka mengalami muntah dalam penerbangan ini, Weng memberi mereka minum tablet
anti muntah 30 menit sebelum terbang. Resep itu terbukti mujarab. Semua tokoh
sepuh Manggara itu tak mengalami muntah dalam dua kali terbang dengan pesawat
AviaStar. Doa Chris Rotok rupanya terkabul. Acara terbang gembira berlangsung
sukses dan menyenangkan.(egy
mo’a/bersambung)
Sumber Pos Kupang cetak edisi Selasa 18 Agustus 2015, halaman 1
Sumber Pos Kupang cetak edisi Selasa 18 Agustus 2015, halaman 1
No comments:
Post a Comment