Saturday 22 August 2015

Perintis Bandara Frans Laga Naik Pesawat (2)

“Pesawat AviaStar carteran Chris Rotok dan Deno Kamelus melayang di ketinggian udara wilayah Kota Ruteng dilepas ratusan pasang mata dengan beragam perasaan.”

                                                                                                                                             pos kupang/egy mo’a

CERIA - Kakek Oscar Garut (95) tampak ceria saat turun dari pesawat AviaStar seusai terbang keliling Manggarai, Sabtu (15/8/2015).
Kakek Oscar Garu Senang Sekali

SAAT pesawat lepas landas dari Bandara Frans Sales Lega Ruteng, Sabtu 15 Agustus 2015 sekitar pukul 10.00 Wita, tergenapi sudah niat Bupati Manggarai Christian Rotok dan Wakil Bupati Deno Kamelus membahagiakan para orang tua perintis pembangunan bandara itu.

Walau demikian aneka perasaan masih terus berkecamuk tatkala 'burung besi' AviaStar carteran itu melayang-layang di ketinggian udara wilayah Manggarai.

"Semua berdoa mudah-mudahan tak terjadi apa-apa dalam enjoy flight ini," kata Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Manggarai, Apri Laturake, S.H.

Suasana menarik tercipta saat pesawat hendak lepas landas dari Bandara Frans Sales Lega. Ketika para tokoh sepuh telah duduk manis pada kursinya, teknisi pesawat membantu memasangkan sabuk pengaman di pinggang. Sebagian dari mereka menunjukkan wajah cemas dan tidak nyaman. Semua mata tertuju ke arah kokpit. "Kita mau siap terbang," ujar teknisi pesawat.

Pesawat pun berjalan pelan keluar dari appron menuju ujung landasan pacu di sisi timur. Semakin kencang deru pesawat, tubuh penumpang seolah ikut bergetar. Tak lama berselang pesawat melaju, melayang meninggalkan landasan pacu.

Terbang gembira diawali rute menuju ke arah barat, wilayah Cancar Kecamatan Ruteng. Dokter Lian Pantas yang mendampingi para orang tua di dalam kabin pesawat itu berperan sebagai pemandu. "Wa Cancar, Golowelu, Reok, Wae Rii, Iteng, Pulau Mules, Ulumbu dan seterusnya," dokter yang bertugas di Puskemas Kota Ruteng itu menerangkan satu persatu wilayah daratan Manggarai dalam bahasa setempat.

Guncangan pesawat diterpa angin kencang atau ketika dihadang gumpalan awan tipis sesekali membentur keras badan pesawat. Mungkin di dalam hati mereka bertanya mengapapesawat bergoyang sesekali atau mengapa turun dan naik tiba-tiba? Sekian menit di udara, wajah cemas tampak memudar. Para perintis pembangunan bandara itu malah bercanda dalam bahasa Manggarai. Hijauan bukit-bukit yang dibungkus pepohonan serta bentangan sawah bertangga-tangga di bawah sana seolah sudah membunuh rasa takut mereka. Pertanyaan demi pertanyaan soal wilayah daratan yang dilewati terus saja meluncur dari setiap penumpang. "Nia ite nana (di mana kita sekarang)."

Setelah 30 menit berlalu, moncong burung besi berbelok menuju Kota Ruteng. Beberapa menit berselang roda pesawat pun menyentuh lagi bumi Congkasae.

Pengalaman pertama naik pesawat tak akan dilupakan Oscar Garu (95), Romanus Tuhe (81) dan belasan orang lanjut usia yang lainnya peserta terbang gembira hari itu. Senang tiada dua menyelimuti suasana batin Oscar dan Romanus. Mereka sulit melukiskannya dengan kata-kata.

Sambil memegang tongkat rotan untuk menopang tubuhnya yang renta, Oscar turun pelan menapaki tiga anak tangga pesawat. Seorang anggota KP3 Udara yang berdiri di ujung anak tangga membantunya menjejakkan kaki di aspal apron.

Senyum ceria tersungging di bibir pria Kampung Taga, Kelurahan Goloduka, Kecamatan Langke Rembong ini. Staf Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Manggarai mengantar dia dan rekan-rekannya menuju deretan penyambut. Mereka disambut senyum dan guyonan dari Bupati Christian Rotok, Wakil Bupati Deno Kamelus, Sekda Manseltus Mitak dan sekitar 200-an pegawai negeri sipil lingkup Pemkab Manggarai.

Jabatan tangan disusul ucapan sukacita dalam bahasa setempat terdengar riuh. Oscar, ayah 11 anak dan 19 cucu itu mengakui belum sekalipun naik pesawat. Sekian lama dia hanya dengar cerita naik pesawat dari sanak familinya. "Ini yang pertama kali saya naik pesawat. Saya senang sekali," kata Oscar yang ditinggal mati istrinya empat tahun silam. "Kalau besok lusa saya mati, saya sudah pernah naik pesawat," ujarnya lagi.

Senyum 'tanpa gigi' sebagian orang tua hari itu sungguh menggambarkan sukacita karena bisa merasakan sensasi naik pesawat terbang. Ada yang tak lupa minta dikirimkan foto ke rumah. Mereka ingin menunjukkan kepada anak, cucu serta sanak famili tentang sukacita berada di ketinggian langit Manggarai.(egy mo’a/habis)

Sumber Pos Kupang cetak edisi Rabu 19 Agustus 2015, halaman 1

No comments: