Saturday 22 August 2015

Berburu Air di Hutan Taubnono

“Di hutan yang didominasi semak belukar dan pohon kayu putih ini, ada batang pipa ukuran 1,5 dim menyembul dari dalam tanah dan bebatuan. Pipa tersebut mengeluarkan air.”
                                                                                                                                                                                              pos kupang/julianus akoit

MENCARI AIR - Dua bersaudara, Nelcy Nahak dan Ketty Nahak sedang mencari air di Hutan Taubnono, Kupang Timur, Rabu (19/8/2015) siang.

JARUM jam tepat menunjuk pukul 12.00 Wita. Terik matahari terasa membakar kulit. Di sebuah jalan berbatu dan dan berlubang-lubang, dua orang wanita paruh baya mendorong gerobak berisikan 16 jeriken. Nafas mereka terengah-engah. Peluh bercucuran membasahi tubuh mereka.

Mereka menuju ke Hutan Taubnono, perbatasan Desa Tuatuka, Kecamatan Kupang Timur dengan Kelurahan Nonbes, Kecamatan Amarasi, Kabupaten Kupang. Di hutan yang didominasi semak belukar dan pohon kayu putih ini, ada batang pipa ukuran 1,5 dim menyembul dari dalam tanah dan bebatuan. Pipa tersebut mengeluarkan air.

Meskipun cuma menetes tidak menentu, Ny. Nelcy Nahak dan Ny. Ketty Nahak tetap sabar menunggu. Untuk 16 jeriken air berukuran 5 liter, mereka harus sabar menunggu hingga 2 jam baru terisi penuh.

"Sejak dulu, kami kekurangan air bersih. Di RW 10, ada 21 kepala keluarga yang harus masuk hutan berburu air. Kami harus mete (begadang, Red) berburu air malam-malam di hutan sampai pagi. Siang begini pun masih ada yang datang antre. Jadi 24 jam orang datang antre air," jelas Ny. Nelcy dibenarkan saudara kandungnya, Ny. Ketty.

Dulu sekali, lanjut Nelcy, warga setempat hanya membeli air yang dibawa tukang ojek. Biasanya tukang ojek membawa dua jeriken besar, masing-masing ukuran 20 liter yang ditebus seharga Rp 10.000 per jeriken. Saat memasuki puncak kemarau bulan September - November, tetesan air dari pipa mulai berkurang. Warga membutuhkan waktu lebih lama untuk antre air di kawasan Hutan Taubnono.

"Tahun 2010 lalu, kami dapat bantuan 3.000 batang pipa ukuran 1,5 dim dari PNPM. Itu pun dana sisa PNPM dari Desa Kotabes, Kecamatan Amarasi sebesar Rp 120 juta. Uang itu dipakai untuk beli 3.000 batang pipa dan buat bak resevoir satu unit sebesar 2 x 2 meter," kisah Mathias Nahak, Ketua RT 20.

Sayang sekali, 3.000 batang pipa itu tidak cukup mengalirkan air sampai pemukiman penduduk. Sambungan pipa cuma sampai hutan Taubnono. Sebab jarak sumber air Oe'uki ke pemukiman sejauh 4,5 kilometer.

"Lalu warga di sini swadaya beli 65 batang pipa plastik untuk disambung lagi. Tapi belum juga sampai ke pemukiman. Terpaksa kami harus pakai gerobak masuk hutan ambil air," jelas Mathias.

Ia berjanji membuat proposal mencari bantuan dana kepada para donatur. "Supaya bisa membeli pipa untuk disambung lagi masuk ke pemukiman warga," ujarnya berharap. Semoga ada yang membantu.(julianus akoit)


Sumber Pos Kupang cetak edisi Kamis 20 Agustus 2015, halaman 1

No comments: