POS KUPANG/ENOLD AMARAYA
CERIA-Kepala SMPK St. Yoseph Kupang, Romo Amanche Frank
OE Ninu, Pr (tengah) bersama siswa dan guru tampak ceria seusai peluncuran
berbagai kegiatan, Jumat (4/9/2015).
Setelah Gerakan 30 September 1965, situasi politik dalam negeri belum stabil. Ratusan anak usia sekolah
di Kota Kupang saat itu kesulitan untuk memperoleh pendidikan yang layak.
Selain karena masalah
ekonomi, juga karena keterbatasan sarana prasarana pendidikan. Akibatnya banyak
anak tidak dapat melanjutkan pendidikan ke SMP setelah tamat sekolah dasar
(SD).
Kondisi ini disebabkan minimnya lembaga pendidikan menengah pertama. Selain itu, daya tampung rombongan belajar sangat terbatas dan jarak tempuh yang cukup jauh. Realitas sosial yang terjadi kala itu menjadi keprihatinan berbagai pihak.
Di kondisi memrihatinkan, Yos Djogo, B. Sc, salah seorang pegawai negeri
sipil (PNS) di Dinas Pertanian Provinsi NTT, berinisiatif menghadirkan satu
lembaga pendidikan menengah pertama, yaitu SMP. Kala itu wilayah Naikoten, Kota Kupang, belum terlalu padat dan Yos
memutuskan membangun sebuah lembaga pendidikan menengah pertama.
Motivasinya saat itu untuk menampung anak - anak yang sudah tamat
sekolah dasar dan hendak melanjutkan pendidikan lebih tinggi. Niat itu akhirnya
terwujud pada 6 Januari 1966, sebuah sekolah menengah pertama resmi didirikan
dengan nama SMP Katolik Sapientia (Kebijaksaan) II.
Lokasi sekolah itu berada di Jalan ER Herewila No. 27, RT 05/RW 03,
Kelurahan Naikoten II, Kecamatan Kota Raja, Kota Kupang. Setelah sukses
mendirikan lembaga pendidikan, Yos mengajak sekitar lima orang mahasiswa asal
Flores yang sedang menimba ilmu untuk menjadi guru. Kelima orang tenaga honorer
yang bertugas untuk mengasuh sekitar 23 orang siswa angkatan pertama saat itu
dipimpin Barlon Parera. Ke-23 orang siswa angkatan pertama kala itu berasal
dari berbagai latar belakang etnis dan agama.
Rata-rata para siswa yang biasanya mengikuti kegiatan belajar mengajar
(KBM) pada siang hari tinggal bersama wali murid dan orangtuanya. Selain itu,
dua orang staf guru itu adalah di antaranya Drs. Piter Boli Keraf (mantan
Penjabat Bupati Lembata) dan Bernard Belo Ola (mantan
Kadis Sosial Kabupaten Sumba Timur dan Sikka).
"Kegiatan KBM dilakukan pada siang hari dan dipimpin oleh Bapak
Barlon Parera, sebagai kepala sekolah. Beliau sebenarnya sudah memiliki tugas
pokok, karena pagi hari menjadi kepala sekolah SDK Santo Belarnus, yang
kemudian berubah nama menjadi SDK Santo Yoseph I ini," jelas Kepala
Sekolah SMP Katolik St. Yoseph Naikoten, Romo Amanche Frank OE Ninu, Pr, di
ruang kerjanya, Jumat (4/9/2015).
Seiring perjalanan waktu, lembaga ini bergabung dengan Yayasan Swastisari
Keuskupan Kupang (Keuskupan Agung Kupang saat ini) pada tahun 1969. Namun
setelah berdirinya Paroki Santo Yoseph yang memekarkan diri dari Paroki
Katedral Kristus Raja, pengelola lembaga itu diserahkan kepada Dewan Pastoral
Paroki Santo Yoseph Naikoten.
"Oleh Pater C Nellisen SVD, misionaris asal Belanda yang menjadi
pastor paroki saat itu, nama SMPK Sapientia II berubah menjadi SMPK Santo
Yoseph. Nama Santo Yoseph pun diabadikan menjadi santo pelindung sekolah
ini," jelas Romo Amanche.
Sebagai lembaga pendidikan, SMP Katolik Santo Yoseph Naikoten - Kupang,
sejak awal hadir dengan visi membentuk manusia berkarakter yang unggul dalam
ilmu, iman dan moral.
Selain itu, misinya antara lain, menciptakan sekolah sebagai komunitas
pendidikan yang menyenangkan dan bersaudara, berdasarkan norma dan nilai budaya
bangsa dan nilai-nilai Kristiani. Mengembangkan profesionalitas pendidikan dan
tenaga pendidik dalam layanan pendidikan berkualitas.
Mengembangkan kurikulum secara optimal dan proses pembelajaran secara
efektif, efisien dan inovatif. Mendorong dan membantu peserta didik untuk
mengenali potensi diri, sehingga dapat dikembangkan secara optimal. Membekali
peserta didik agar lebih mencintai alam serta lingkungan sekitar.
Menumbuhkan penghayatan dan pengalaman iman dan kepercayaan yang dianut
melalui Tri-tugas Kristus sebagai Imam, Nabi dan Raja. Kini di usianya sudah
hampir genap setengah abad (50 tahun), lembaga ini telah mampu dan terus
memberikan kontribusi sesuai visi dan misinya dan mencerdaskan anak bangsa.
Tercatat lebih dari 7.000 alumni telah berkarier di dalam dan luar
negeri. Para alumni yang pernah mengenakan almamater SMP Katolik Santo Yoseph
Kupang, kini terus mendedikasikan diri sebagai pemimpin bangsa dan daerah,
serta menjadi pemimpin gereja.
"Mantan Menteri
Lingkungan Hidup Republik Indonesia era Presiden Megawati Soekarnoputri, Dr.
Soni Keraf, dan Bupati Manggarai. saat ini, Drs. Christian Rotok serta
masih banyak deretan nama lainnya. Mereka semua adalah putra dan putri yang
lahir dari rahim lembaga SMP Katolik Santo Yoseph Kupang," jelas Romo
Amanche.
Punya mimpi untuk menjadikan sekolah ini tetap dan lebih berkualitas di
masa yang akan datang teristimewa anak - anak didik ini kalau sudah keluar dari
sini mereka akan menjadi orang yang mencintai iman dan ilmu.
Mereka mampu mengembangkan diri. Menjadi orang yang baik dan berguna.
Menjadi pribadi-pribadi yang berkarakter untuk gereja dan tanah air. "Sama
seperti para alumnus yang sudah dilahirkan oleh almamater ini," ujarnya.
Di usianya yang ke – 49, saat ini sedang dipersiapkan Pesta Emas SMPK St Yoseph Kupang yang akan segera
dirayakan oleh lembaga itu. Sebagai Kepala Sekolah, Romo Amanche memiliki mimpi untuk menjadikan lembaga pendidikan itu lebih
berkualitas di masa yang akan dating. Para peserta didik diharapkan mampu mencintai manusia yang mencintai iman
dan ilmu.
“Teristimewa anak – anak didik ini kalau sdh keluar dari sini mereka akan menjadi org yg mencintai iman dan ilmu, sama seperti para alumnus sperti yang sudah dilahirkan oleh almamater ini,” tandas Romo Amanche.(john taena)
Sumber Pos Kupang cetak edisi Senin (7/9/2015), halaman
1
|
Thursday, 10 September 2015
Tempat Belajar yang Menyenangkan
Subscribe to:
Posts (Atom)